Page 236 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 13 APRIL 2021
P. 236

Perusahaan yang tidak memenuhi kewajiban akan dikenai sanksi administratif, mulai dari teguran
              tertulis, pembatasan kegiatan usaha, penghentian sementara sebagian/seluruh alat produksi,
              sampai pembekuan kegiatan usaha.

              Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal berharap kali ini pemerintah
              dapat lebih tegas dan aktif untuk menengahi dan menegakkan ketentuan surat edaran. Berkaca
              dari pengalaman tahun lalu, masih ada sejumlah perusahaan yang sampai hari ini belum lunas
              membayar THR pekerja nya.

              Berdasarkan data Kementerian Ketenagakerjaan, ada 410 laporan pengaduan pembayaran THR
              Lebaran tahun 2020. Sebanyak 307 perusahaan sudah melunasi pembayaran. Sementara 103
              perusahaan masih dalam proses pemeriksaan. Beberapa kasus akhirnya ditindaklanjuti lewat
              mekanisme penyelesaian perselisihan hubungan industrial.

              Adapun data Serikat Pekerja Nasional (SPN), sampai Maret 2021 masih ada 1.478 pekerja di
              wilayah  Jabodetabek  yang  pembayaran  THR-nya  belum  lunas.  Ada  perusahaan  yang  sudah
              mencicil pembayaran THR sampai 75 persen, ada pula yang baru membayar 15 persen kewajiban
              THR-nya.

              Menurut Said, ketidakmampuan perusahaan jangan dijadikan alasan untuk tidak membayar THR.
              Pengusaha yang tidak mampu dapat menyelesaikan pembayaran THR-nya paling lambat satu
              hari sebelum Lebaran.

              Peran posko THR di dinas ketenagakerjaan setempat harus lebih proaktif dalam memeriksa dan
              menengahi kewajiban membayar THR. "Jangan sampai ada lagi perusahaan yang tidak lunas
              membayar THR hingga melewati akhir tahun. Surat edaran Menaker tahun ini harus memiliki
              dampak penegakan hukum yang tegas," ujarnya.

              Mengemplang  Kendati  kebijakan  tahun  ini  di  atas  kertas  lebih  berpihak  kepada  buruh
              dibandingkan  dengan  tahun  lalu,  Sekretaris  Jenderal  Organisasi  Pekerja    Seluruh  Indonesia
              Timboel  Siregar  menilai,  ketidakjelasan  aturan  dalam  surat  edaran  bisa  menciptakan
              ketidakpastian bagi buruh, khususnya yang bekerja di perusahaan berskala kecil yang terdampak
              Covid-19.

              "Surat edaran ini tidak realistis dan akan sulit diterapkan oleh perusahaan yang tidak mampu.
              Setelah membuktikan ketidakmampuannya, perusahaan hanya punya waktu enam hari untuk
              mencari uang dan membayar THR. Yang dikhawatirkan, ujung-ujungnya pembayaran THR malah
              dikemplang," kata Timboel.

              Implikasinya, jika perusahaan memilih mengemplang THR, perselisihan akan berujung menjadi
              sengketa hubungan industrial dan buruh tetap tidak mendapat THR sepeser pun. Menurut dia,
              perlu ada jalan tengah bagi perusahaan terdampak untuk mencicil dengan persentase besaran
              dan jangka waktu yang diatur detail agar setidaknya buruh tetap mendapat THR meski dicicil.

              "Perusahaan bisa memilih untuk mengabaikan karena tidak ada uang, dan kalau diperselisihkan,
              ujung-ujungnya  THR tetap  dibayar  setelah  sengketa  selesai.  Pada  penerapannya,  THR  tetap
              ditunda dan buruh yang dirugikan," ucapnya.


              Sulit  dipatuhi  Wakil  Ketua  Umum  Kamar  Dagang  dan  Industri  (Kadin)  Indonesia  Bidang
              Ketenagakerjaan dan Hubungan Industrial Anton J Supit mengatakan, surat edaran tersebut
              tidak bisa dipukul rata untuk semua perusahaan. Bagi perusahaan yang tidak mampu dan dapat
              membuktikan ketidakmampuannya, perlu diberi dispensasi pembayaran THR.

              Ia mengakui, kebijakan tahun lalu yang memberi kelonggaran bagi perusahaan untuk mencicil
              atau menunda pembayaran THR kepada pekerja  menghasilkan sejumlah pelanggaran (moral


                                                           235
   231   232   233   234   235   236   237   238   239   240   241