Page 185 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 FEBRUARI 2020
P. 185

Title          AKSI TOLAK OMNIBUS LAW, BURUH KALSEL: 18 JAM LEMBUR BUDAK
               Media Name     kumparan.com
               Pub. Date      19 Februari 2020
                              https://kumparan.com/banjarhits/aksi-tolak-omnibus-law-buruh-kalsel-18 -jam-lembur-
               Page/URL
                              budak-1sryMQW1QZD
               Media Type     Pers Online
               Sentiment      Negative










               Puluhan massa yang tergabung dalam DPD Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh
               Indonesia (KSPSI) Kalimantan Selatan menggelar aksi demonstrasi penolakan
               klaster ketenagakerjaan dalam draft Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja. Mereka
               beraksi di depan Gedung DPRD Kalsel, Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin,
               Rabu (19/2/2020).

               Biro Hukum DPD KSPSI Kalsel, Sumarlan, menyatakan klaster ketenagakerjaan
               dalam draft Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja, yang dibahas DPR RI sangat tidak
               manusiawi dan merugikan bagi pekerja.

               Pihaknya menyoroti pasal Dalam Pasal 78 di BAB IV Nomor 1 poin b yang mengatur
               terkait jam lembur. Dalam beleid itu, Sumarlan menyebut waktu kerja lembur dapat
               dilakukan paling banyak 4 jam dalam satu hari dan 18 jam dalam satu pekan.

               "Jelas lembur 18 jam adalah perbudakan," ungkap Sumarlan saat menyampaikan
               orasi di hadapan massa.

               Pemangkasan besaran uang penghargaan untuk pekerja yang di-PHK juga menjadi
               salah satu sorotan massa buruh. Sebab, sebenarnya merupakan hak yang
               bersangkutan untuk mendapat apresiasi dari perusahaan. Seperti tidak adanya lagi
               uang penghargaan untuk pekerja PHK yang masa kerjanya 24 tahun atau lebih,
               yang harusnya mendapatkan 10 bulan upah.

               Untuk itu, Sumarlan mendesak seluruh pihak untuk mendukung upaya penolakan
               agar pembahasan dapat dihentikan dan klaster ketenagakerjaan dikeluarkan dari
               draft Omnibus Law. Adapun Ketua DPRD Kalimantan Selatan, Supian HK yang turun
               menghadapi massa bersedia mendukung penolakan tersebut. Supian
               menandatangani pernyataan sikap dan poin-poin tuntutan untuk disampaikan
               sebagai rekomendasi ke DPR RI.

               "Kami sudah berkoordinasi dengan pihak pusat, dan hari ini kami menyetujui untuk
               menandatangani poin-poin itu," bebernya. Terlebih, lanjut Supian, penolakan ini
               tidak hanya terjadi di Kalsel bahkan hampir di seluruh Indonesia. Dia pun berjanji
               akan memperjuangkan aspirasi dari buruh dan membawa tuntutan langsung kepada
               DPR RI bersama perwakilan dari DPD KSPSI.




                                                      Page 184 of 185.
   180   181   182   183   184   185   186