Page 91 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 FEBRUARI 2020
P. 91

Sementara di Jawa Barat, gelombang PHK massal terjadi pada industri tekstil dari
               Januari 2018 hingga September 2019. Dalam jangka waktu tersebut tercatat ada
               188 perusahaan tekstil dan produk tekstil (TPT) di Jabar yang dinyatakan bangkrut
               dan relokasi dari provinsi tersebut ke Provinsi Jawa Tengah.

               "Akibat gulung tikarnya 188 pabrik garmen tersebut sebanyak 68 ribu lebih pegawai
               terkena PHK," kata Tim Akselerasi Jabar Juara untuk Bidang Ketenakerjaan
               Disnakertrans Provinsi Jawa Barat Hemasari Dharmabuni, Jumat (4/10/2019) seperti
               dikutip Antara.

               Sedangkan di Batam menurut Dinas Tenaga Kerja setempat sepanjang semester I-
               2019 ada sedikitnya 900 orang yang kehilangan pekerjaan akibat ditutupnya 27
               perusahaan di Kota Batam, Kepulauan Riau.

               "Total dari awal tahun sampai Juni 2019 ada 27 perusahaan tutup, sekitar 900
               orang kehilangan pekerjaan," kata Kepala Dinas Tenaga Kerja Kota Batam Rudi
               Sakyakirti pada Senin (26/92019).

               Data itu, menurut dia, belum mencakup dampak rencana penutupan PT Foster
               Elektronik Indonesia dan PT Unisem. Dua perusahaan dengan jumlah pekerja 1.000
               orang lebih itu dikabarkan akan tutup tahun ini dan tahun depan.

               "Foster belum termasuk, karena laporannya belum disampaikan ke kami," kata dia.

               PHK Massal Makin Dimuluskan

               PHK massal yang terjadi di sejumlah daerah dan perusahaan sebelum adanya RUU
               Cipta Kerja, kemungkinan akan terus terjadi dan semakin dimudahkan dengan
               adanya Omnibus Law tersebut. Pada RUU Cilaka ini, banyak hak-hak buruh yang
               diatur dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan
               dikurangi atau bahkan dihilangkan. Salah satu peraturan yang merugikan pekerja itu
               adalah soal PHK.

               Dalam Pasal 151 ayat (1) UU Ketenagakerjaan, terdapat ketentuan bahwa:
               "Pengusaha, pekerja/buruh, serikat pekerja/serikat buruh, dan pemerintah, dengan
               segala upaya harus mengusahakan agar jangan terjadi pemutusan hubungan kerja."

               Pasal selanjutnya menyebutkan bahwa PHK hanya dapat dilakukan setelah itu
               dirundingkan dengan serikat buruh, dan jika tak menemui kata sepakat juga, maka
               itu diselesaikan lewat pengadilan hubungan industrial. Pasal-pasal diubah dalam draf
               RUU Cilaka (PDF, hlm. 568). Pasal 151 ayat (1) diubah menjadi sekadar:
               "Pemutusan hubungan kerja dilaksanakan berdasarkan kesepakatan antara
               pengusaha dengan pekerja/buruh.

               Peran serikat dinihilkan. Ini dibuktikan dengan pasal selanjutnya yang menyebut jika
               tak menemui kata sepakat, maka kedua belah pihak dapat langsung menyelesaikan
               masalah ini di PHI.



                                                       Page 90 of 185.
   86   87   88   89   90   91   92   93   94   95   96