Page 175 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 31 MEI 2021
P. 175

Kondisi  usaha  dan  dampak  pandemi  telah  membuat  "Raksasa"  retail  di  Indonesia  ini  harus
              menutup  usahanya  secara  permanen.  Kami  prihatin  karena  semakin  banyak  pemutusan
              hubungan kerja (PHK) yang terjadi di Indonesia.

              Semakin banyak rakyat Indonesia yang kehilangan pekerjaannya. Namun, dari sisi hubungan
              industrial,  ASPEK  Indonesia  berharap,  agar  manajemen  PT  Hero  Supermarket  Tbk,
              memaksimalkan mekanisme bipartit secara transparan dengan melibatkan Serikat Pekerja PT
              Hero Supermarket yang berafiliasi ke ASPEK Indonesia.

              Selain  itu,  ASPEK  Indonesia  berharap  kiranya  masih  terbuka  kesempatan  untuk  dapat  tetap
              mempekerjakan  pekerja  Giant  di  unit  bisnis  PT  Hero  Supermarket  yang  lainnya.  ujar  Mirah
              Sumirat, selaku Presiden ASPEK Indonesia, Jumat, (28/5).

              Mirah mengingatkan kepada pihak manajemen PT Hero Supermarket untuk tetap menghormati
              Perjanjian  Kerja  Bersama  (PKB)  yang  sudah  disepakati  bersama  Serikat  Pekerja  Hero
              Supermarket, dan tidak menggunakan Undang Undang Cipta Kerja.
              "Karena,  Undang  Undang  Cipta  Kerja  sesungguhnya  hanya  mengatur  ketentuan  minimum.
              Sedangkan PKB dapat memberikan lebih baik di atas Undang Undang dan mengikat para pihak,
              baik  manajemen  maupun  pekerja.  Selain  itu,  manajemen  perlu  memberikan  apresiasi  lebih
              kepada  para  pekerjanya  yang  telah  memiliki  masa  kerja  belasan  bahkan  puluhan  tahun
              mengabdi di PT Hero Supermarket," tegasnya.

              Mirah menegaskan bahwa, semakin banyaknya perusahaan yang melakukan PHK massal perlu
              menjadi  perhatian  Pemerintah,  dalam  hal  ini  Kementerian  Ketenagakerjaan.  Stimulus  yang
              selama ini telah banyak diberikan oleh Pemerintah kepada kalangan pengusaha, ternyata tidak
              efektif  untuk  dapat  menyelamatkan  dunia  usaha  maupun  untuk  menyelamatkan  nasib  para
              pekerja.

              "Omnibus Law Undang Undang Cipta Kerja terbukti tidak mampu memberikan jaminan kepastian
              pekerjaan, jaminan kepastian upah dan kepastian jaminan sosial. Sehingga Pemerintah perlu
              untuk membatalkan kluster ketenagakerjaan yang ada pada Undang Undang Cipta Kerja. Jika
              tidak, maka akan terjadi tsunami PHK yang berkepanjangan. Dan ini tentunya akan berdampak
              pula pada upaya pemulihan ekonomi pasca pandemi dan pada upaya mewujudkan kesejahteraan
              bagi seluruh rakyat Indonesia," pungkas Mirah.





























                                                           174
   170   171   172   173   174   175   176   177   178   179   180