Page 158 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 SEPTEMBER 2020
P. 158

SERIKAT BURUH ANCAM MOGOK NASIONAL, BALEG INGATKAN TAK GANGGU
              KETERTIBAN UMUM
              JAKARTA,  - Wakil Ketua Badan Legislasi (  Baleg  ) DPR Achmad Baidowi mengatakan, aksi
              unjuk rasa yang akan dilakukan serikat  buruh  dalam menyampaikan pendapat terkait Omnibus
              Law  RUU Cipta Kerja  adalah hak konstitusional.

              Namun,  Awi  mengingatkan,  agar  aksi  unjuk  rasa  dilakukan  sesuai  ketentuan  perundang-
              undangan dan tak mengganggu ketertiban umum.

              "Cuma sekarang harus dipastikan bahwa demo, unjuk rasa, maupun aksi itu (mogok) harus
              sesuai ketentuan perundang-undangan yang ada, tidak boleh mengganggu ketertiban umum
              tidak merusak fasilitas negara dan semacamnya," kata Awi saat dihubungi, Senin (28/9/2020).

              Awi  menegaskan,  pembahasan  klaster  ketenagakerjaan  di  RUU  Cipta  Kerja  dilakukan  untuk
              kepentingan bersama.

              Ia mengatakan, aspek perlindungan buruh tetap menjadi perhatian DPR dan pemerintah.

              "Jadi kami tetap memperhatikan aspek-aspek perlindungan buruh dan juga memerhatikan iklim
              investasi supaya tidak mati," ujarnya.

              Lebih lanjut, Awi mencontohkan, isu terkait pemberian pesangon Pemutusan Hubungan Kerja
              (PHK) 32 kali upah akan dihapuskan, namun dalam pembahasannya ketentuan tersebut tidak
              dihapus.

              "Tetap 32 kali hitungannya cuma dengan komposisi dan penghitungan yang berbeda. Supaya
              apa? Supaya lancar mekanismenya itu berjalan dengan benar," pungkasnya.

              Presiden  Konfederasi  Serikat  Pekerja  Indonesia  (KSPI)  Said  Iqbal  sebelumnya  menyatakan
              bahwa  puluhan  pimpinan  konfederasi  dan  federasi  serikat  pekerja  sepakat  untuk  melakukan
              mogok kerja nasional pada 6-8 Oktober 2020.
              Aksi  mogok  nasional  ini  merupakan  respons  penolakan  atas  pembahasan  klaster
              ketenagakerjaan dalam draf omnibus law RUU Cipta Kerja yang dilakukan DPR dan pemerintah
              sejak Jumat (25/9/2020).

              "Dalam mogok nasional nanti, kami akan menghentikan proses produksi. Di mana para buruh
              akan keluar dari lokasi produksi dan berkumpul di lokasi yang ditentukan masing-masing serikat
              pekerja di tingkat perusahaan," ujar Said dalam keterangan tertulis, Senin (28/9/2020).

              Said menjelaskan, kesepakatan itu diputuskan dalam rapat yang dihadiri pimpinan KSPI, KSPSI
              AGN, serta perwakilan 32 federasi serikat pekerja.

              Selain  itu,  ada  pula  aliansi  serikat  pekerja  Gerakan  Kesejahteraan  Nasional  (Gekanas)  yang
              beranggotakan 17 federasi.

              Menurut dia, aksi mogok nasional akan dilakukan secara konstitusional dengan merujuk pada
              Undang-undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
              Umum dan Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.
              Said mengatakan, aksi ini akan diikuti kurang lebih 5 juta buruh di ribuan perusahaan di 25
              provinsi dan 300 kabupaten/kota yang bekerja beberapa sektor industri seperti kimia, energi,
              pertambangan, tekstil, garmen, hingga pariwisata.

              Berbarengan dengan rencana itu, para buruh akan melakukan aksi unjuk rasa selama hampir
              satu pekan, yaitu sejak 29 September hingga 8 Oktober 2020.

                                                           157
   153   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163