Page 88 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 29 SEPTEMBER 2020
P. 88

PULUHAN SERIKAT PEKERJA SEPAKAT MOGOK TOLAK RUU CIPTAKER

              JAKARTA -- Puluhan pimpinan Konfederasi dan Federasi Serikat Pekerja sepakat mogok nasional
              sebagai  bentuk  penolakan  terhadap  omnibus  law  RUU  Cipta  Kerja.  Kesepakatan  ini  diambil
              setelah mendengarkan pandangan dari masing-masing serikat pekerja, dalam rapat bersama di
              Jakarta, Ahad (28/9) kemarin.

              "Dalam mogok nasional nanti, kami akan menghentikan proses produksi. Di mana para buruh
              akan keluar dari lokasi produksi dan berkumpul di lokasi yang ditentukan masing-masing serikat
              pekerja di tingkat perusahaan," ujar Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said
              Iqbal melalui pesan yang diterima Republika.co.id, Senin (28/9) pagi ini.

              Rapat bersama ini dihadiri pimpinan KSPI, Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI)
              Andi  Gani  Nena  Wea,  serta  perwakilan  32  federasi  serikat  pekerja  lainnya.  Di  antaranya,
              beberapa  federasi  yang  tergabung  dalam  KSPSI  pimpinan  Yorrys,  termasuk  aliansi  serikat
              pekerja seperti GEKANAS (Gerakan Kesejahteraan Nasional) yang beranggotakan 17 federasi.
              Said menyatakan, mogok nasional akan dilakukan secara konstitusional dengan tertib dan damai.
              Aksi  ini  rencananya  akan  dilakukan  selama  tiga  hari  berturut-turut,  dimulai  pada  tanggal  6
              Oktober 2020 dan diakhiri pada saat sidang paripurna yang membahas RUU Cipta Kerja tanggal
              8 Oktober 2020.

              "Dasar  hukum  secara  konstitusional  mogok  nasional  ini  adalah  menggunakan  dua  undang-
              undang, yaitu UU No 9 tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan Pendapat di Muka
              Umum (Demonstrasi) dan UU No 13 Tahun 2003 tentang KetenagaKerjaan. Para buruh tentu
              akan mengikuti prosedur dari dua undang-undang tersebut," ujarnya.

              Mogok nasional dengan menyetop produksi ini akan diikuti kurang lebih 5 juta buruh di ribuan
              perusahaan  di  25  provinsi  dan  300  kabupaten/kota.  Aksi  ini  disebut  Iqbal  akan  melibatkan
              beberapa sektor industri seperti kimia, energi, pertambangan, tekstil, garmen, sepatu, otomotif
              dan  komponen,  elektronik  dan  komponen,  industri  besi  dan  baja,  farmasi  dan  kesehatan,
              percetakan  dan  penerbitan,  industri  pariwisata,  industri  semen,  telekomunikasi,  pekerja
              transportasi, pekerja pelabuhan, logistik, perbankan, dan lain-lain.


              Mogok nasional ini dilakukan sebagai bentuk protes buruh Indonesia terhadap pembahasan RUU
              Cipta Kerja yang dinilai lebih menguntungkan pengusaha. Misalnya dibebaskannya penggunaan
              buruh  kontrak  dan  outsourcing  di  semua  jenis  pekerjaan  dan  tanpa  batasan  waktu,
              dihilangkannya UMSK, hingga pengurangan nilai pesangon.

              "Sejak awal kami meminta agar pelindungan minimal kaum buruh yang ada di Undang-Undang
              Nomor 13 Tahun 2003 tentang KetenagaKerjaan jangan dikurangi. Tetapi faktanya omnibus law
              mengurangi hak-hak buruh yang ada di dalam undang-undang eksisting," kata Said Iqbal.

              Sebagai pra mogok nasional, buruh Indonesia juga berencana melakukan aksi unjuk rasa setiap
              hari yang pelaksanaannya direncanakan akan dimulai tanggal 29 September hingga 8 Oktober
              2020. Selain itu, bersama dengan elemen yang lain, buruh juga akan melakukan aksi nasional
              serentak di seluruh Indonesia yang direncanakan tanggal 1 Oktober dan 8 Oktober.


              Di  ibukota,  sasaran  aksi  buruh  adalah  Istana  Negara,  Kantor  Menko  Perekonomian,  Kantor
              Menteri KetenagaKerjaan, dan DPR RI. Sedangkan di daerah, aksi akan dipusatkan di kantor
              Gubernur atau DPRD setempat.

              "Ketika aksi-aksi yang kami lakukan tidak ditanggapi, puncaknya kami akan melakukan mogok
              nasional yang dilakukan serentak di seluruh Indonesia," ujarnya.




                                                           87
   83   84   85   86   87   88   89   90   91   92   93