Page 139 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 AGUSTUS 2021
P. 139

KEMENAKER DIMINTA BUKA KRAN PENGIRIMAN PEKERJA

              Asosiasi  Pengusaha  Pekerja  Migran  Indonesia  (APPMI)  mengajukan  permintaan  kepada
              Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemenaker)  untuk  bisa  membuka  kran  pengiriman  pekerja
              migran Indonesia (PMI) ke negara tujuan Malaysia.

              "Kami meminta kepada pemerintah pusat melalui Kemenaker untuk membuka pengiriman PMI
              ke Malaysia," kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Pekerja Migran Indonesia (APPMI) Muazzim
              Akbar di Mataram. Sabtu (7/8).

              Ia menjelaskan selama ini mayoritas atau 90 persen pengiriman PMI. khususnya asal NTB adalah
              Malaysia, sehingga dengan belum dibukanya pengiriman PMI ke negeri jiran tersebut berdampak
              pada ekonomi dan pengangguran di daerah.


              "Kenapa kita minta segera karena keberadaan PMI ini memiliki kontribusi besar kepada daerah
              melalui remitansi. Belum kontribusinya kepada pengurangan pengangguran. Bayangkan 30-35
              ribu jumlah PMI kita yang berkontribusi kepada negara. Tapi sejak kran ini ditutup banyak PMI
              kita akhirnya tidak jadi berangkat, sehingga ekonomi di daerah tidak berjalan," katanya.

              Pihaknya sudah bersurat ke Kemenaker terkait permasalahan tersebut karena sebanyak 4.000
              PMI dari Lombok yang sudah mendapat visa untuk bekerja dari Pemerintah Malaysia, namun
              karena aturan akibat Covid-19 tidak bisa berangkat.

              "Makanya itu kami meminta kepada pemerintah pusat dan Pemprov NTB agar 4.000 orang ini
              bisa kerja. Terlebih perusahaan Malaysia sudah meminta PMI dari NTB, tapi yang ada pengiriman
              tidak diizinkan," katanya.

              "Kami khawatir negara penempatan beralih mencari tenaga kerja dari negara lain dan inilah yang
              kita tidak inginkan, karena jika itu terjadi otomatis permintaan PMI kita berkurang, karena sudah
              diambil negara lain, akhirnya masyarakat dirugikan dan efeknya juga daerah," tambah Muazzim
              Akbar.

              Sementara  itu.  Sekretaris  APPMI  Tamam  mengakui  dari  4.000  PMI  yang  siap  berangkat
              dibutuhkan  pada  pengelolaan  kelapa  sawit  dan  itu  sektor  yang  tidak  berdampak.  Bahkan,
              informasi Malaysia sudah hampir 4 juta ringgit per hari atau Rp 12 miliar per hari kerugian karena
              kekurangan tenaga kerja, khususnya kelapa sawit yang tidak dipanen.

              Ia menegaskan bahwa permintaan PMI asal NTB bukan atas dasar kepentingan APPMI melainkan
              masyarakat  yang  ingin  bekerja  ke  luar  negeri,  khususnya  Malaysia  agar  bisa  menghidupi
              keluarganya.

              "Kalau  masalahnya  Covid-19,  'user'  negara  penempatan  sudah  menyiapkan  prokes  Covid-19
              secara ketat. Kami pun juga demikian mereka yang akan berangkat sudah melalui rangkaian tes
              termasuk mematuhi prokes," katanya.

              Kemenaker  mengeluarkan  Keputusan  Menaker  nomor  151  tahun  2020.  tentang  Penghentian
              Sementara Penempatan PMI. Kemudian Kemenaker membuka kembali PMI melalui kepu-tusan
              nomor 294 tahun 2020 yang telah ditandatangani 29 Juli 2020. Hal ini dilakukan dalam rangka
              pemulihan ekonomi nasional (PEN).

              Terdapat 14 negara yang jadi dibuka Kemenaker untuk PMI bekerja, namun tanpa Malaysia.
              Adapun ke-14 negara dan wilayah itu meliputi Aljazair, Australia, Hong Kong, Korsel, Kuwait,
              Maladewa, Nigeria, Uni Emirat Arab. Polandia. Qatar, Taiwan. Turki, Zambia, dan Zimbabwe.
              (Ant)



                                                           138
   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143   144