Page 187 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 JUNI 2021
P. 187
Namun hal ini telah berubah dalam beberapa tahun terakhir. Pekerja migran Indonesia tidak
dapat diwakili hanya oleh satu profil. Terdapat berbagai profil utama pekerja migran Indonesia,
selain pekerja migran wanita sektor domestik di Timur Tengah (13%). Profil utama lainnya yaitu
pekerja migran di negara-negara maju (27%), dan pekerja migran laki-laki non prosedural di
Malaysia (26%).
Lebih dari seperempat pekerja migran Indonesia adalah laki-laki yang bekerja di pertanian atau
perusahaan konstruksi di Malaysia, namun tanpa dokumen yang sesuai. Tingginya tingkat
migrasi non prosedural ini membuktikan kurang menariknya bermigrasi melalui jalur resmi.
Kurangnya akses terhadap informasi masih menjadi kendala utama untuk menjadi pekerja
migran prosedural. Alasan lainnya adalah proses menjadi pekerja migran prosedural merepotkan
dan menyita waktu. Migrasi prosedural juga memerlukan biaya yang lebih tinggi.
Indonesia telah melakukan beberapa terobosan untuk membuat proses dokumentasi menjadi
lebih mudah, lebih cepat, dan lebih murah. Pemerintah telah membangun sistem terintegrasi
satu atap (Layanan Terpadu Satu Atap atau LTSA) di berbagai daerah. Namun efektivitas
penerapan layanannya masih membutuhkan pendekatan yang lebih mengadopsi budaya
masyarakat setempat.
Dibutuhkan sejumlah kebijakan komprehensif dan koheren untuk menyelesaikan permasalahan
migrasi di Indonesia. Kebijakan dan program migrasi Indonesia harus mampu memaksimalkan
manfaat migrasi secara umum, dan pada saat yang sama meminimalkan resikonya.
Menciptakan lapangan pekerjaan di Indonesia yang lebih inklusif, dengan upah yang lebih baik.
Akan memberikan calon pekerja migran peluang kerja di dalam negeri yang menarik dan
kompetitif, sebagai alternatif yang layak dipertimbangkan selain bekerja ke luar negeri.
186