Page 108 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 NOVEMBER 2020
P. 108
Pekerja migran diharapkan tidak mudah tertipu dengan rayuan calo karena risiko yang amat
tinggi bagi mereka.
"Jangan mudah terbujuk rayu yang manis dan sesaat, namun mendatangkan risiko tinggi. Jika
kita sayang anggota keluarga kita, anak kita, tetangga kita, mari kita saling mengingatkan satu
sama lain, agar menempuh jalur prosedural, demi keamanan dan kenyamanan bekerja, sehingga
maksud dan tujuan bekerja ke luar negeri dapat terpenuhi, yaitu 'Pergi Aman Pulang Mapan",
kata Menaker Ida dalam pernyataannya, Selasa (17/11).
Untuk itu, Menaker Ida mengingatkan para pekerja migran untuk menyiapkan diri dengan
kompetensi dan dokumen lengkap sesuai yang dipersyaratkan. Sehingga mempunyai
ketrampilan yang mumpuni dan terhindar dari jerat calo.
"Antara lain, cari informasi sebanyak-banyaknya, baik itu melalui pusat layanan migrasi
Desmigratif di kantor desa, ataupun melalui Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA) atau Dinas
Tenaga Kerja," tambahnya.
Sementara itu, Dirjen Pembinaan Penempatan Tenaga Kerja dan Perluasan Kesempatan Kerja
(Binapenta dan PKK), Suhartono, menyampaikan dalam kegiatan juga diserahkan bantuan satu
paket usaha tenaga kerja mandiri tahun 2020 dan 1.250 masker untuk desa Buraen dan
Merbaun.
Ada juga delapan paket bantuan TKM tahun 2020 dalam rangka mendukung replikasi Desmigratif
baru tahun 2020 binaan Kabupaten Kupang.
Selain itu, diserahkan juga secara simbolis klaim jaminan kematian BPJS Ketenagakerjaan
Kepesertaan Non-ASN Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kupang, serta penyerahan bantuan
subsidi upah untuk Wilayah Nusa Tenggara Timur.
Sejumlah problem mengenai Pekerja Migran Indonesia (PMI) di luar negeri masih menjadi hal
harus diselesaikan pemerintah saat ini. Salah satu persoalan yaitu masalah komunikasi para
pekerja dengan keluarga mereka di Tanah Air.
Persoalan itu menjadi salah satu hal yang disorot dalam Diseminasi hasil Penelitian Dasar
Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT) yang digelar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ).
Dalam penelitian yang dilakukan sejak Maret 2019 hingga Oktober 2020 di Malaysia dan sejumlah
daerah sumber pekerja migran di Indonesia ini disebutkan bahwa, perempuan pekerja migran
asal Indonesia, khususnya yang bekerja di Malaysia dan Hong Kong lebih komunikatif
dibandingkan laki-laki pekerja migran.
Selain itu, perempuan pekerja migran juga disebyt lebih kompleks pola komunikasinya.
"Jika laki-laki pekerja migran lebih banyak berkomunikasi mengenai kabar keluarga, perempuan
pekerja migran, selain mengomunikasikan kabar keluarga, juga membahas keuangan dan masa
depan kehidupannya," ucap Ketua Tim Peneliti Nani Muksin dalam keterangan tertulisnya yang
di terima Rabu, 11 November 2020.
Nani melanjutkan, perempuan pekerja migran juga lebih aktif bermedia sosial, tidak hanya
melalui Facebook, tetapi juga Instagram, Whatsapp, atau media sosial lain. Namun, saat
berkomunikasi dengan keluarga di daerah asalnya, pekerja migran mayoritas masih
menggunakan sambungan telepon.
Dalam penelitian itu, Nani menyebutkan isi pesan yang dibicarakan dengan keluarga masih
seputar kebutuhan hidup dan mengobati rasa rindu karena berada jauh dari kampung halaman.
107