Page 109 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 NOVEMBER 2020
P. 109
Nani menambahkan, dari penelitian yang dipimpinnya, kebutuhan berkomunikasi, terutama
melalui media sosial, sudah menjadi kebutuhan utama, bagi pekerja migran asal Indonesia,
khususnya yang masih lajang. "Bermedia sosial bukan hanya untuk menyapa rekan atau
keluarganya, melainkan juga untuk hiburan," ucap dia.
Namun, biaya untuk "gaya hidup", termasuk untuk berkomunikasi, pekerja migran Indonesia di
Malaysia lebih kecil dibandingkan pekerja migran Indonesia di Hong Kong sehingga nilai
kirimannya ke Tanah Air pun lebih besar.
Habis untuk Biaya Komunikasi Nani menjelaskan, Malaysia menjadi lokasi penelitian Tim UMJ
karena sejak lama pekerja migran asal Indonesia adalah yang terbesar di negeri jiran itu.
Data tahun 2015 menunjukkan, tidak kurang dari 728.890 warga negara Indonesia (WNI)
bekerja di Malaysia dan merupakan 39 persen dari total pekerja asing di Malaysia. Namun,
mayoritas mereka adalah pekerja kerah biru alias buruh.
Kendati mayorita berprofesi sebagai buruh, hampir semua pekerja migran itu memiliki telepon
pintar (smart phone) atau telepon genggam untuk berkomunikasi dengan keluarganya di Tanah
Air maupun bermedia sosial.
Namun, Nani menyayangkan, dalam berkomunikasi dan bermedia sosial itu, mereka belum
mempunyai perencanaan keuangan yang baik, seperti menabung atau mengembangkan dana
yang dimilikinya untuk kegiatan ekonomi produktif.
Karena itu, mantan Kaprodi Magister Komunikasi UMJ itu menganggap, literasi keuangan menjadi
kebutuhan yang mendesak bagi pekerja migran sehingga mereka bisa memanfaatkan
penghasilannya dengan lebih baik.
108