Page 32 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 NOVEMBER 2020
P. 32

dalam menyusun Omnibus Law. Hal ini membuat banyak pihak yang menolak undang-undang
              ini meski tidak mengetahui isinya.
              Dalam pembahasan UU Cipta Kerja ini, Tajuddin mengatakan bahwa sebenarnya pemerintah
              juga mengajak universitas dan serikat pekerja. Namun sayangnya dalam beberapa pembahasan
              hanya sedikit yang hadir.

              Dirinya  menegaskan,  apabila  masyarakat  serius  dala  membaca  UU  ini,  sebenarnya  isi  dari
              undang-undang  tersebut  bertujuan  untuk  menolong  pekerja  yang  belum  mendapatkan
              pekerjaan. Dengan menarik investasi, maka dapat menciptakan lapangan kerja dan menekan
              angka pengangguran.

              Namun, sejak Omnibus Law disahkan oleh DPR, berbagai kabar palsu atau hoax berkembang di
              masyarakat. Hoax yang tersebar tersebut antara lain menyangkut permasalahan status pekerja,
              pengupahan hingga regulasi tentang tenaga kerja asing.

              Untuk masalah pesangon misalnya, dalam pasal 156 BAB IV tentang Ketenagakerjaan disebutkan
              pengaturan tentang pesangon dan/atau uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian
              hak yang nantinya akan diatur dalam peraturan pemerintah.

              Untuk  pesangon,  apabila  pengusaha  melakukan  PHK  maka  pengusaha  wajib  membayar
              pesangon. Secara spesifik untuk uang pesangon untuk masa kerja kurang dari satu tahun adalah
              satu bulan upah, hingga untuk masa kerja 8 tahun atau lebih mendapatkan 9 bulan upah.

              Sementara uang penghargaan masa kerja 3 tahun atau lebih tetapi kurang dari 6 tahun, maka
              akan mendapatkan 2 bulan upah. Kemudian jika masa kerja 24 tahun atau lebih, maka akan
              mendapatkan 10 bulan upah.

              Sempat  pula  beredar  jahwa  setelah  UU  Cipta  Kerja  disahkan,  maka  para  buruh  akan
              mendapatkan  upah  yang  dihitung  per  jam.  Merujuk  pada  pasal  88B  Bab  IV  tentang
              ketenagakerjaan disebutkan bahwa upah ditetapkan berdasarkan satuan waktu, dan/atau satuan
              hasil. Ketentuan lebih lanjut akan diatur dalam PP. Dengan satuan waktu tidak ada aturan yang
              menyalakan upah berdasarkan jam.

              Hoax yang tidak kalah meresahkan adalah hoax terkait dengan tidak adanya status karyawan
              tetap. Padahal status karyawan tetap akan tetap ada berdasarkan pasal 59, perjanjian kerja
              untuk waktu tertentu (PKWT) atau biasanya dikenal dengan pekerja kontrak hanya dapat dibuat
              untuk pekerjaan yang akan selesai dalam waktu tertentu. PKWT tidak dapat dilakukan untuk
              pekerjaan yang bersifat tetap. Jika PKWT tidak memenuhi ketentuan, maka menjadi perjanjian
              kerja waktu tidak tertentu (PKWTT) atau karyawan tetap.

              Selain itu salah satu disinformasi yang patut diwaspadai adalah hilangnya semua hak cuti. Namun
              pada  kenyataannya  hak  cuti  dan  waktu  istirahat  tetap  ada,  dalam  pasal  79.  Cuti  tahunan
              diberikan paling sedikit 12 hari bagi pekerja yang telah bekerja selama 12 bulan, serta diatur
              dalam perjanjian kerja atau peraturan perusahaan. Perusahaan juga dapat memberikan istirahat
              panjang.

              Kabar hoax yang beredar adalah tenaga kerja asing yang bebas masuk ke Indonesia. Tentu saja
              menyikapi berita tersebut kita patut merujuk pada pasal 42 yang tertulis, bahwa setiap pemberi
              kerja yang mempekerjakan tenaga kerja asing haruslah memiliki rencana penggunaan tenaga
              kerja  asing  (TKA)yang  disahkan  pemerintah  pusat.  Penggunaan  TKA  juga  ditentukan  dalam
              jangka waktu tertentu, dan dilarang menduduki jabatan yang mengurus personalia.

              Tentu saja kita harus mampu membaca substansi UU Cipta Kerja secara komprehensif, sehingga
              tidak mudah terprovokasi oleh penggiringan opini yang ternyata berdasar pada berita yang tidak
              benar.
                                                           31
   27   28   29   30   31   32   33   34   35   36   37