Page 81 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 18 NOVEMBER 2020
P. 81

Dirjen  Binwasnaker  dan  K3  Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemnaker)  Haiyani  Rumondang
              menjelaskan UU Cipta Kerja telah mengubah, menghapus, atau menetapkan pengaturan baru
              terhadap beberapa ketentuan eksisting, di antaranya Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003
              tentang Ketenagakerjaan, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
              Nasional, Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial,
              dan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2017 tentang Perlindungan Pekerja Migran Indonesia.

              Perubahan  ketentuan  ketenagakerjaan  dalam  UU  Cipta  Kerja,  sambung  Haiyani,  akan
              mempengaruhi pelaksanaan pengawasan ketenagakerjaan. Oleh sebab itu Kemnaker melakukan
              sosialisasi  agar  terbentuk  pemahaman  yang  seragam  baik  di  internal  pengawasan
              ketenagakerjaan, maupun stakeholder mitra pengawas ketenagakerjaan dalam melaksanakan
              fungsi pengawasan ketenagakerjaan.

              "Keberhasilan  kegiatan  pengawas  ketenagakerjaan  di  dalam  mengawasi  dan  menegakkan
              pelaksanaan peraturan perundang-undangan ketenagakerjaan di perusahaan, tidak terlepas dari
              peran stakeholder mitra pengawas ketenagakerjaan," ungkap Haiyani dalam keterangan tertulis,
              Selasa (17/11/2020).
              Haiyani  menjelaskan  mitra  pengawas  ketenagakerjaan  merupakan  pihak  yang  berhubungan
              langsung  dengan  perusahaan,  pengusaha,  maupun  pekerja/buruh.  Mereka  menjadi  pihak
              pertama yang akan menjadi tempat konsultasi dan penasehatan teknis terkait permasalahan
              ketenagakerjaan. Termasuk dalam hal substansi yang terdapat dalam UU Cipta kerja, terutama
              kluster ketenagakerjaan.

              "Oleh  karena  itu,  perlu  mempersiapkan  diri  dengan  memahami  isi  substansi  kluster
              ketenagakerjaan Undang-Undang Cipta Kerja, sehingga dapat memberikan pemahaman yang
              utuh kepada masyarakat, terutama masyarakat industri," sambung Haiyani.

              Sesditjen PHI dan JSK Kemnaker Adriani menerangkan sejumlah urgensi penyusunan UU Cipta
              Kerja. UU Cipta Kerja, sebutnya, bertujuan untuk merespon dinamika ekonomi global secara
              cepat dan tepat.
              "Tanpa reformasi struktural, pertumbuhan ekonomi Indonesia akan melambat," cetus Adriani.

              UU Cipta Kerja menurutnya ditujukan untuk untuk memanfaatkan bonus demografi agar dapat
              keluar  dari  jebakan  negara  berpenghasilan  menengah.  Dengan  target  peningkatan  investasi
              sebesar 6,6 hingga 7 persen, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi mencapai 5,7
              hingga 6 persen.

              Ia menambahkan, penerapan UU Cipta Kerja membuka peluang terbukanya lapangan kerja baru
              melalui peningkatan investasi, dengan tetap meningkatkan perlindungan bagi pekerja/buruh.






















                                                           80
   76   77   78   79   80   81   82   83   84   85   86