Page 349 - e- KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 AGUSTUS 2020
P. 349
Susiwijono Moegi-harso mengatakan, kuota pendaftar program semibansos itu akan ditambah
menjadi 800.000 peserta dari kuota pada gelombang sebelumnya, yakni 300.000 peserta.
"(Tambahan) ini untuk mendorong daya beli dan konsumsi masyarakat. Target kami, triwulan
II1-2020 ini ekonomi tidak lagi tumbuh minus dengan bantuan bagi pekerja," kata Susiwijono
dalam konferensi pers peluncuran gelombang IV Kartu Prakeija yang digelar secara virtual, Jumat
(7/8).
Pendaftaran gelombang IV kembali dibuka setelah pemerintah merevisi perangkat hukum bagi
program yang dianggarkan Rp 20 triliun itu. Setelah merevisi Peraturan Presiden Nomor 36/2020,
pemerintah merevisi aturan pelaksana dalam Peraturan Menteri Koordinator Bidang
Perekonomian Nomor 11/2020.
Susiwijono mengatakan, besaran insentif dan bantuan yang diberikan kepada pekeija pada
gelombang IV akan tetap sama seperti sebelumnya, yakni Rp 3,5 juta untuk empat bulan ber-
turut-turut. Bantuan itu terdiri dari insentif biaya pelatihan sebesar Rp 1 juta, insentif uang saku
Rp 600.000 per bulan selama empat bulan, serta biaya pengisian survei Rp 100.000.
Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausaha-an dan Daya Saing Koperasi dan UKM
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Rudy Salahuddin mengatakan, 80 persen dari
kuota pendaftar di gelombang IV atau 640.000 orang akan diprioritaskan untuk pekerja
terdampak pande-mi yang terdata oleh Kementerian Ketenagakeijaan.
Per Agustus 2020, Kementerian Ketenagakerjaan mencatat, 2,1 juta pekeija kehilangan
pemasukan selama pandemi karena mengalami pemutusan hubungan keija (PHK) serta
diliburkan tanpa upah (unpaid leave). Pada Kartu Prakeija gelombang I-III, hanya segelintir
pekeija terdata yang mendaftar sebagai peserta program.
"Orang-orang ini yang akan kita prioritas untuk masuk dalam program Kartu Prakeija. Kami akan
jemput bola untuk memastikan mereka ini mendaftarkan diri," kata Rudy.
Kejar konsumsi
Pada triwulan 11-2020, ekonomi Indonesia terkontraksi 5,32 persen. Komponen konsumsi rumah
tangga yang selama ini paling berkontribusi terhadap struktur produk domestik bruto (PDB)
Indonesia, tumbuh minus 5,51 persen.
Semua komponen konsumsi rumah tangga mengalami kontraksi, kecuali perumahan dan
perlengkapan rumah yang masih tumbuh positif 2,36 persen serta kesehatan dan pendidikan
yang masih tumbuh 2,02 persen. Kedua komponen ini tetap tumbuh positif karena kebutuhan
dan permintaan yang masih tinggi meskipun di tengah pandemi.
Direktur Eksekutif Institute for Development on Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad
mengatakan, konsumsi makanan dan minuman sebagai kebutuhan mendasar masyarakat pun
ikut turun. Sebelumnya, pada triwulan 1-2020, konsumsi makanan dan minuman masih tumbuh
5,01 persen. Namun, pada triwulan 11-2020 minus 0,71 persen.
"Artinya, ada indikasi, masyarakat sudah mulai mengencangkan ikat pinggang, bahkan untuk
kebutuhan hidup paling mendasar bagi mereka, yaitu porsi makan. Ada ancaman pemenuhan
kebutuhan hidup dasar," ujar Tauhid.
Oleh karena itu, perlu ada peningkatan program bantuan sosial untuk membantu masyarakat
memenuhi kebutuhan dasar serta menggerakkan perekonomian Indonesia yang sangat
bergantung pada belanja penduduknya. Apalagi, sejauh ini, program perlindungan sosial yang
alokasi anggarannya Rp 203,9 triliun, baru terserap 38 persen per akhir Juli 2020.
347