Page 387 - e- KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 AGUSTUS 2020
P. 387

PROGRAM SUBSIDI GAJI BISA GAGAL BILA GUNAKAN DATA BP JAMSOSTEK, INI
              ALASANNYA
              JAKARTA. Pemerintah mewacanakan pemberian Subsidi Gaji bagi pekerja formal sektor swasta
              yang memiliki gaji di bawah Rp 5 juta, yaitu berupa uang tunai Rp 600.000 per bulan selama
              empat bulan.

              Pekerja yang akan mendapatkan subsidi upah ini akan didasarkan pada pekerja yang sudah
              terdaftar di Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BP Jamsostek).

              Sekretaris  Jenderal  (Sekjen)  Organisasi  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (OPSI)  Timboel  Siregar
              menilai Subsidi Gaji ini baik dan patut didukung semua pihak.

              Menurutnya, selama ini faktanya, banyak perusahaan yang terdampak Covid19 sehingga upah
              pekerja dipotong karena  cash flow  perusahaan terganggu, sementara roda produksi harus tetap
              berjalan.

              "Memang memotong upah untuk tetap menjalankan roda produksi pilihan sulit, tetapi lebih baik
              dibandingkan harus PHK atau merumahkan pekerja tanpa upah," ujar dia dalam keterangannya,
              Jumat (7/8).

              Timboel  bilang  subsidi  gaji  ini  akan  mampu  mendongkrak  daya  beli  pekerja,  sehingga
              mendukung konsumsi masyarakat yang pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan ekonomi
              menjadi positif.
              Seperti diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II yang tercatat -5,32 persen dan
              menjadi persoalan serius bagi pemerintah. Pada kuartal II-2020 ini, konsumsi terkontraksi -5,51
              persen. Untuk itu, subsidi gaji ini diharapkan mendongkrak konsumsi sehingga pertumbuhan
              ekonomi bisa menjadi positif di kuartal III dan IV.
              Namun  demikian, Timboel  menyatakan,  Subsidi Gaji  ini  harus  memiliki mekanisme  penerima
              peserta  yang  memang  benar-benar  tepat  sasaran,  jangan  sampai  proses  di  program  Kartu
              Prakerja yang tidak tepat sasaran terulang di Subsidi Gaji ini.

              Menurutnya, bila disebutkan penetapan peserta penerima Subsidi Gaji ini berdasarkan data yang
              ada  di  BP  Jamsostek,  maka  dipastikan  subsidi  ini  belum  tentu  tepat  sasaran  seluruhnya.
              Pasalnya,  masih  banyak  perusahaan  yang  tidak  mendaftarkan  pekerjanya  di  BP  Jamsostek,
              apalagi untuk pekerja alih daya (  outsourcing  ) dan kontrak.
              "Jangan sampai hanya karena tidak didaftarkan di BPJS Ketenagakerjaan maka pekerja tersebut
              tidak terjangkau oleh program Subsidi Gaji ini," kata dia.

              Persoalan  lain  yang  juga  akan  muncul  adalah  ada  pengusaha  yang  mendaftarkan  upah
              pekerjanya sebatas upah minimum agar iuran ke BP Jamsostek menjadi relatf lebih kecil, padahal
              gaji sesungguhnya di atas Rp 5 juta per bulan.

              Upah miniumum tertinggi di Indonesia saat ini masih di bawah Rp 5 juta per bulan. Bila ada
              pekerja yang bergaji di atas Rp 5 juta namun didaftarkan ke BP Jamsostek dengan sebatas upah
              minimum maka pekerja tersebut akan mendapatkan subsidi tersebut.

              "Ini tidak adil. Sementara itu masih banyak pekerja yang tidak didaftarkan pemberi kerja ke BP
              Jamsostek yang sebenaranya berhak mendapatkan subsidi ini," tambah dia.

              Timboel bilang menjadikan data peserta di BP Jamsostek merupakan hal baik, tetapi seharusnya
              data  tersebut  sebagai  pembanding  saja,  bukan  sebagai  acuan.  Dia  mengusulkan  agar
              pemerintah dalam hal ini Kementerian Ketenagakerjaan serta Dinas Tenaga Kerja di daerah pro


                                                           385
   382   383   384   385   386   387   388   389   390   391   392