Page 384 - e- KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 AGUSTUS 2020
P. 384

TIMBOEL SIREGAR: SUBSIDI GAJI HARUS TEPAT SASARAN

              Jakarta, Pemerintah mewacanakan pemberian subsidi gaji bagi pekerja yang memiliki gaji di
              bawah  Rp  5  juta,  yaitu  berupa  uang  tunai  Rp  600  ribu  selama  4  bulan.  Pekerja  yang  akan
              mendapatkan  subsidi  upah  ini  akan  didasarkan  pada  pekerja  yang  sudah  terdaftar  di  BPJS
              Ketenagakerjaan.

              "Subsidi  gaji  ini  baik  dan  patut  didukung.  Selama  ini,  faktanya,  banyak  perusahaan  yang
              terdampak Covid-19 sehingga upah pekerja dipotong karena  cash flow  perusahaan terganggu,
              sementara  roda  produksi  harus  tetap  berjalan.  Memang  memotong  upah  untuk  tetap
              menjalankan roda produksi pilihan sulit, tetapi lebih baik dibandingkan harus mem-PHK atau
              merumahkan  pekerja  tanpa  upah,"  ujar  Sekjen  Organiasi  Pekerja  Seluruh  Indonesia  (OPSI)
              Timboel Siregar di Jakarta, Jumat (7/8/2020).

              Timboel  menilai  subsidi  gaji  ini  akan  mampu  mendongkrak  daya  beli  pekerja  sehingga
              mendukung konsumsi masyarakat yang pada akhirnya akan mendukung pertumbuhan ekonomi
              menjadi positif. Pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II yang tercatat minus 5,32 persen
              menjadi persoalan serius bagi Pemerintah.

              Pada kuartal II-2020 ini, konsumsi terkontraksi minus 5,51 persen. Oleh karenanya subsidi gaji
              ini diharapkan mendongkrak konsumsi sehingga pertumbuhan ekonomi bisa menjadi positif di
              kuartal III dan IV.

              Namun demikian, kata Timboel, subsidi gaji ini harus memiliki mekanisme penerima peserta yang
              memang benar-benar tepat sasaran, jangan sampai proses di program kartu prakerja yang tidak
              tepat sasaran terulang di subsidi gaji ini.

              Bila disebutkan penetapan peserta penerima subsidi gaji ini berdasarkan data yang ada di BPJS
              Ketenagakerjaan maka dipastikan subsidi ini belum tentu tepat sasaran seluruhnya, mengingat
              masih banyak perusahaan yang tidak mendaftarkan pekerjanya di BPJS Ketenagakerjaan, apalagi
              untuk pekerja  outsourcing  dan kontrak kerja.

              "Jangan sampai hanya karena tidak didaftarkan di BPJS Ketenagakerjaan maka pekerja tersebut
              tidak terjangkau oleh program subsidi gaji ini," katanya.

              Kata Timboel, persoalan lainnya yang akan muncul adalah ada pengusaha yang mendaftarkan
              upahnya sebatas upah minimum agar iuran ke BPJS Ketenagakerjaan menjadi relatf lebih kecil,
              padahal gaji sesungguhnya di atas 5 juta. Upah miniumum tertinggi di Indonesia saat ini masih
              di  bawah  5  juta.  Bila  ada  pekerja  yang  bergaji  di  atas  5  juta  namun  didaftarkan  ke  BPJS
              Ketenagakerjaan  dengan  sebatas  upah  minimum  maka  pekerja  tersebut  akan  mendapatkan
              subsidi tersebut.

              "Ini tidak adil. Sementara itu masih banyak pekerja yang tidak didaftarkan pemberi kerja ke BPJS
              Ketenagakerjaan yang sebenaranya berhak mendapatkan subdisi ini," katanya.

              Menurut Timboel, menjadikan data peserta di BPJS Ketenagakerjaan merupakan hal baik tetapi
              seharusnya data tersebut sebagai pembanding saja, bukan sebagai acuan.

              Dia mengusulkan agar pemerintah cq Kemnaker cq Disnaker pro aktif mendatangi perusahaan-
              perusahaan sehingga bisa mendata langsung pekerja-pekerja yang memang terdampak Covid-
              19,  jangan  sampai  ada  perusahaan  yang  mampu  tetapi  memanfaatkan  subsidi  ini  untuk
              mengurangi upah pekerja sehingga pekerjanya mendapat subsidi gaji dari pemerintah.




                                                           382
   379   380   381   382   383   384   385   386   387   388   389