Page 379 - e- KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 AGUSTUS 2020
P. 379

Prinsipnya seluruh karyawan bergaji di bawah  Rp 5 juta  harus mendapatkan bantuan dari
              pemerintah tanpa melihat kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan.
              "Jadi negara tidak boleh melakukan diskriminasi," kata dia.

              Apalagi  ucap  Said,  karyawan  yang  tidak  terdaftar  sebagai  peserta  BPJS  Ketenagakerjaan
              bukanlah salah karyawan tersebut.

              "Yang salah adalah pengusaha yang nakal, bukan buruhnya. Karena menurut Undang-Undang
              BPJS,  yang  wajib  mendaftarkan  buruh  sebagai  peserta  BPJS  Ketenagakerjaan  adalah
              pengusaha," ucapnya.

              Pendapat serupa disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and
              Finance Tauhid Ahmad.

              Taufiq menilai tidak adil jika pemerintah hanya memberi bantuan pada 13,8 juta pekerja yang
              terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan.

              Padahal secara keseluruhan, jumlah buruh dan pegawai di Indonesia mencapai 52,2 juta orang.

              "Ada ketidakadilan kalau itu diterapkan dan kenapa hanya peserta BPJS yang dijadikan dasar,
              semua merasa berhak kalau konteksnya pekerja," ujarnya.

              Taufiq  juga  menilai,  pemberian  insentif  kepada  karyawan  swasta  tersebut  berisiko  kian
              meningkatkan kesenjangan masyarakat.

              Pasalnya, dia menilai pemerintah tidak memperhitungkan besaran pengeluaran antar masyarakat
              dengan  gaji  di bawah  Rp 5 juta  tersebut.

              "Untuk penghasilan upah buruh saja Rp 2,9 juta per bulan. Jadi yang  Rp 5 juta  itu bukan buruh,
              dan dia juga dapat (bantuan). Ini timbulkan kesenjangan antara Rp 2,9 juta sampai yang  Rp 5
              juta  ," ujar dia.

              Taufiq  menambahkan,  masyarakat  dengan    gaji    mendekati    Rp  5  juta    tidak  masuk dalam
              kategori penduduk miskin.

              Sementara,  penduduk  yang  masuk  dalam  kategori  miskin  adalah  mereka  yang  memiliki
              pengeluaran di bawah Rp 2,3 juta per bulan.

              Menurut dia, BLT kepada karyawan tersebut tidak akan tepat sasaran dan tidak akan efektif
              dalam mendongkrak kinerja perekonomian.

              Sebab, penduduk  dengan  penghasilan  di  kisaran   Rp  5  juta   akan  cenderung  menggunakan
              bantuan tersebut untuk ditabung ketimbang dibelanjakan.
              "Ini menurut saya jadi dasar ketika diberikan ke kelompok antara Rp 2,92 juta hingga  Rp 5 juta
              akan jadi masalah dan uang itu akan sia-sia dan menjadi saving saja dan ini tentu saja akan
              sangat sulit untuk dorong ekonomi jauh lebih tumbuh," jelas dia.

              Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Pro Kontra Seputar Bantuan Pemerintah
              Rp 600.000 untuk Karyawan Swasta"








                                                           377
   374   375   376   377   378   379   380   381   382   383   384