Page 586 - e- KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 AGUSTUS 2020
P. 586

"Pekerja bergaji di bawah Rp 5 juta dan tidak terdaftar di BPJS Naker pun harus mendapat
              subsidi  upah  juga.  Pakai  saja  data  TNP2K  Sekretariat  Wapres  atau  data  BPJS  Kesehatan,"
              katanya.

              Said  Iqbal  mengatakan,  semua  buruh  adalah  rakyat  Indonesia  yang  membayar  pajak  dan
              mempunyai hak yang sama sebagaimana diatur dalam konstitusi.

              Prinsipnya seluruh karyawan bergaji di bawah Rp 5 juta harus mendapatkan  bantuan  dari
              pemerintah tanpa melihat kepesertaan BPJS Ketenagakerjaan.

              "Jadi negara tidak boleh melakukan  diskriminasi," kata dia.

              Apalagi  ucap  Said,  karyawan  yang  tidak  terdaftar  sebagai  peserta  BPJS  Ketenagakerjaan
              bukanlah salah karyawan tersebut.

              "Yang salah adalah pengusaha yang nakal, bukan buruhnya. Karena menurut Undang-Undang
              BPJS,  yang  wajib  mendaftarkan  buruh  sebagai  peserta  BPJS  Ketenagakerjaan  adalah
              pengusaha," ucapnya.

              Pendapat serupa disampaikan Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and
              Finance Tauhid Ahmad.

              Taufiq menilai tidak adil jika pemerintah hanya memberi  bantuan  pada 13,8 juta pekerja yang
              terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan.

              Padahal secara keseluruhan, jumlah buruh dan pegawai di Indonesia mencapai 52,2 juta orang.

              "Ada ketidakadilan kalau itu diterapkan dan kenapa hanya peserta BPJS yang dijadikan dasar,
              semua merasa berhak kalau konteksnya pekerja," ujarnya.

              Tak Efektif  Taufiq juga menilai, pemberian insentif kepada  karyawan swasta  tersebut berisiko
              kian meningkatkan kesenjangan masyarakat.

              Pasalnya, dia menilai pemerintah tidak memperhitungkan besaran pengeluaran antar masyarakat
              dengan gaji di bawah Rp 5 juta tersebut.

              "Untuk penghasilan upah buruh saja Rp 2,9 juta per bulan. Jadi yang Rp 5 juta itu bukan buruh,
              dan dia juga dapat (bantuan). Ini timbulkan kesenjangan antara Rp 2,9 juta sampai yang Rp 5
              juta," ujar dia.

              Taufiq menambahkan, masyarakat dengan gaji mendekati Rp 5 juta tidak masuk dalam kategori
              penduduk miskin.

              Sementara,  penduduk  yang  masuk  dalam  kategori  miskin  adalah  mereka  yang  memiliki
              pengeluaran di bawah Rp 2,3 juta per bulan.

              Menurut dia, BLT kepada karyawan tersebut tidak akan tepat sasaran dan tidak akan efektif
              dalam mendongkrak kinerja perekonomian.

              Sebab,  penduduk  dengan  penghasilan  di  kisaran  Rp  5  juta  akan  cenderung  menggunakan
              bantuan  tersebut untuk ditabung ketimbang dibelanjakan.

              "Ini menurut saya jadi dasar ketika diberikan ke kelompok antara Rp 2,92 juta hingga Rp 5 juta
              akan jadi masalah dan uang itu akan sia-sia dan menjadi saving saja dan ini tentu saja akan
              sangat sulit untuk dorong ekonomi jauh lebih tumbuh," jelas dia. (TribunNewsmaker.com/  Pro
              Kontra Seputar Bantuan Pemerintah Rp 600.000 untuk Karyawan Swasta.


                                                           584
   581   582   583   584   585   586   587   588   589   590   591