Page 210 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 JANUARI 2020
P. 210

(5) Ketentuan mengenai jabatan tertentu dan waktu tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (4)
               ditetapkan dengan Keputusan Menteri.

                (6) Tenaga kerja asing sebagaimana dimaksud dalam ayat (4) yang masa kerjanya habis dan tidak
               dapat diperpanjang dapat digantikan oleh tenaga kerja asing lainnya.

                    Tak hanya sampai di situ, pemberi kerja yang ingin memakai tenaga kerja asing juga harus memiliki
               rencana penggunaannya. Hal ini dijelaskan pada pasal selanjutnya:  Pasal 438  (1) Pemberi kerja yang
               menggunakan  tenaga  kerja  asing  harus  memiliki  rencana  penggunaan  tenaga  kerja  asing  yang
               disahkan oleh Menteri atau pejabat yang ditunjuk.

                (2)  Rencana  penggunaan  tenaga  kerja  asing  sebagaimana  dimaksud  dalam  ayat  (1)  sekurang-
               kurangnya  memuat  keterangan:    a.  alasan  penggunaan  tenaga  kerja  asing;    b.  jabatan  dan/atau
               kedudukan tenaga kerja asing dalam struktur organisasi perusahaan yang bersangkutan;  c. jangka
               waktu  penggunaan  tenaga  kerja  asing;  dan    d.  penunjukan  tenaga  kerja  warga  negara  Indonesia
               sebagai pendamping tenaga kerja asing yang dipekerjakan.

                (3) Ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) tidak berlaku bagi instansi pemerintah, badan-
               badan internasional dan perwakilan negara asing.

                (4) Ketentuan mengenai tata cara pengesahan rencana penggunaan tenaga kerja asing diatur dengan
               Keputusan Menteri   Kemudian, Pasal 439 menyebutkan bahwa TKA dilarang mengurusi jabatan yang
               berkaitan dengan urusan personalia.

                Pasal 439  (1) Tenaga kerja asing dilarang menduduki jabatan yang mengurusi personalia dan/atau
               jabatan-jabatan tertentu.

                (2) Jabatan-jabatan tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diatur dengan Keputusan Menteri
               Pasal-pasal dalam draf Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja tersebut ternyata sama dengan pasal-pasal
               Bab VII Penggunaan Tenaga Kerja Asing dalam UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan.

                Kesamaan ini bisa dilihat dari Pasal 42 hingga Pasal 48 UU Ketenagakerjaan. Bisa dibandingkan sebagai
               berikut:  - Pasal 437 dalam draf Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja sama persis dengan Pasal 42 UU
               Ketenagakerjaan  - Pasal 438 dalam draf Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja sama dengan Pasal 43 UU
               Ketenagakerjaan  - Pasal 439 dalam draf Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja sama dengan Pasal 46 UU
               Ketenagakerjaan  Lalu, apakah bisa dikatakan Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja ini semacam versi
               salin-tempel (  copy-paste  ) dari pasal UU Ketenagakerjaan dan akan tetap sama sampai final nanti?
               Apakah Omnibus Law di atas mempermudah tenaga kerja asing bekerja di Indonesia? Setidaknya,
               kekhawatiran soal tenaga kerja asing itu muncul dari pihak buruh.
                 Sebelumnya, Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal menjelaskan enam
               alasan buruh menolak Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja. Salah satunya ialah  omnibus law  dinilai
               akan membuat tenaga kerja asing (TKA) menjadi mudah bekerja di dalam negeri. Seharusnya, kata
               Said  Iqbal,  TKA  di  Indonesia  hanya  untuk  saling  berbagi  pengetahuan  untuk  meningkatkan
               kemampuan pekerja lokal.

                "Tapi dalam Omnibus Law Cipta Lapangan Kerja tersirat bahwa semua jenis pekerjaan dan pekerja
               buruh kasar kita sebutnya itu boleh. Ini mengancam masa depan tenaga kerja lokal di mana negara
               tidak bisa melindunginya," Said Iqbal di depan DPR, Jl Gatot Subroto, Jakarta Pusat, Senin (20/1/2020).

                (dnu/tor)  tenaga asing  tenaga kerja asing  omnibus law  omnibus law cipta lapangan kerja  massa
               buruh  dpr.
   205   206   207   208   209   210   211   212   213   214   215