Page 4 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 AGUSTUS 2020
P. 4

"Yang  menolak  belum tentu  mengerti  kepentingan  dan  manfaat besar RUU  itu,"  kata  Abbas
              dalam keterangan resmi, Jumat (14/8).
              Abbas  mencotohkan  penolakan  dari  kelompok  buruh.  Penolakan  hanya  bersumber  pada
              pemahaman  dari  sudut  pandang  kepentingan  buruh  semata  tanpa  melihat  pengusaha  dan
              kepentingan negara.

              Menurutnya, aturan yang ada saat ini menyulitkan perusahaan untuk merekrut tenaga-tenaga
              lebih produktif dengan keterampilan tinggi maupun saat saat terpaksa harus memberhentikan
              pekerja.

              "Pengusaha juga membutuhkan aturan perburuhan yang tidak terlalu memberatkan," ujarnya.

              Selain  perusahaan,  kata  Abbas,  pemerintah  membutuhkan  lebih  banyak  investasi  dari  para
              pengusaha.  Menurutnya,  investasi  yang  besar  akan  membuat  lapangan  kerja  terbuka  lebih
              banyak.

              "Negara  juga  akan  memperoleh  pemasukan  dari  pajak.  Warga  juga  akan  bisa  bekerja  dan
              memperoleh penghasilan," katanya.

              Oleh karena itu, Abbas mengatakan jika para buruh memahami kepentingan dan manfaat RUU
              Cipta Kerja secara lebih komprehensif, tidak ada alasan kuat buat mereka untuk menolak.

              "Maka buruh sebetulnya tidak perlu takut. RUU itu untuk kepentingan bersama. Tidak mungkin
              pemerintah dan DPR bersekongkol untuk menyengsarakan rakyat," ujarnya.

              Abbas pun optimistis RUU Cipta Kerja bisa diselesaikan sesuai jadwal. Menurutnya, penolakan
              dan perbedaan pendapat dalam pembentukan sebuah peraturan wajar. Ia meminta pemerintah
              dan DPR perlu mendengar dan menyerap keberatan dan kritik tersebut.

              "Tapi  pemerintah  sebaiknya  tetap  konsisten  pada  agenda  dan  target  perbaikan  ekosistem
              investasi, usaha dan ketenagakerjaan untuk memperkuat ekonomi nasional," pungkasnya. (OL-
              1).




































                                                            3
   1   2   3   4   5   6   7   8   9