Page 39 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 16 JULI 2021
P. 39

Indonesia di peringkat ke-45. Singapura di peringkat pertama. Nilai Indonesia pada 2019 adalah
              64,6, turun dari 2018 sebesar 64,9.
              Tiga tantangan

              Menaker mengakui, ada tiga tantangan besar yang dihadapi dalam dunia ketenagakerjaan di
              Indonesia. Pertama, profil tenaga kerja di negeri ini, sekitar 56 persen, masih didominasi yang
              tingkat pendidikannya SMP ke bawah.

              Dalam tantangan memasuki industri 4.0, dan lapangan kerja global, bonus demografi dengan
              kondisi pendidikan pekerja yang masih rendah tentu saja menjadi masalah. "Kita bisa bayangkan
              kompetensi mereka. Ini pasti akan berpengaruh pada produktivitas kita," ujarnya.

              Di sisi lain, yang menganggur justru didominasi mereka yang pendidikannya lebih baik, seperti
              lulusan  SMK  dan  perguruan  tinggi.  Mereka  yang  bekerja  itu  berpendidikan  rendah  dengan
              keterampilan terbatas. Hal ini berarti pendidikan vokasi tidak bisa menyiapkan pasar kerja. Tak
              bisa memenuhi permintaan dunia usaha sehingga ada ketidakcocokkan (mismatch).

              Tidak terjadi link and match.

              Ketiga, kondisi itu diperparah dengan adanya pandemi. "Kita sedang mengupayakan bagaimana
              tenaga kerja kita bisa bersaing, memanfaatkan bonus demografi, dan menyiapkan tenaga kerja
              menghadapi era industri 4.0, tiba-tiba ada pandemi. Padahal, sebenarnya lima tahun terakhir
              angka pengangguran kita sudah sangat turun," ujar Ida lagi.
              Penganggur di negeri ini sekitar lima juta orang, tetapi saat pandemi melonjak menjadi sembilan
              juta orang.

              Kemenaker mau tak mau harus membuat kebijakan yang adaptif, inovatif, dan berusaha bisa
              memenuhi  pasar  kerja.  Presiden  Joko  Widodo  menegaskan,  pengembangan  sumber  daya
              manusia  (SDM)  jadi  prioritas.  Dalam  pidato  kenegaraan  pada  16  Agustus  2019,  Presiden
              menekankan pentingnya pembangunan SDM unggul yang berdaya saing global.

              Dengan mengembangkan kualitas SDM memakai cara-cara baru, bonus demografi yang akan
              dinikmati negeri ini diyakini menjadi bonus lompatan kemajuan Indonesia.

              Salah satu terobosannya, lanjut Ida, adalah dengan melahirkan Undang-Undang Cipta Kerja.
              Reformasi struktural yang dilakukan pemerintah untuk menjawab persoalan ketenagakerjaan.

              UU Cipta Kerja sebagian merevisi UU Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan, yang
              tidak bisa lagi mengikuti perkembangan dinamika ketenagakerjaan. Kluster ketenagakerjaan ini
              yang  paling  memperoleh  atensi  publik  meskipun  pembahasannya  sudah  melibatkan  banyak
              kalangan, terutama pekerja dan pengusaha, serta dibuka dialog publik.

              Kemenaker  menerjemahkan  UU  Cipta  Kerja  dengan  membuat  sembilan  lompatan,  yang
              berintikan inovasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan, produktivitas
              SDM, dan kesejahteraan masyarakat yang terkait ketenagakerjaan.

              Kebijakan itu antara lain terkait reformasi birokrasi, pembangun ekosistem digital siap kerja, dan
              transformasi  balai  latihan  kerja  (BLK)  sebagai  upaya  membangun  link  and  match
              ketenagakerjaan.
              Selain untuk menjawab tantangan dan peluang pasar kerja internasional, pengembangan BLK
              juga untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja Indonesia dengan tingkat pendidikan SMP ke
              bawah. "Kami ingin perluasan kesempatan kerja itu tidak hanya fokus ke pekerja informal," ujar
              Menaker lagi.


                                                           38
   34   35   36   37   38   39   40   41   42   43   44