Page 226 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 226
Kepala BP2MI Benny Rhamdan menjelaskan, sebanyak 25 CPMI ini diduga direkrut oleh sponsor
yang tidak memiliki izin atau ilegal. Pihak sponsor meminta sejumlah uang kepada mereka senilai
Rp42 juta sampai Rp52 juta.
DERITA PEKERJA ILEGAL: GAGAL BERANGKAT KELUAR NEGERI MESKI BAYAR RP52
JUTA
Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menemukan sebanyak 25 calon pekerja
migran indonesia (CPMI), ketika menggerebek tempat penampungan ilegal di Kecamatan
Plumbon, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, pada Sabtu (17/10/2020) malam.
Kepala BP2MI Benny Rhamdan menjelaskan, sebanyak 25 CPMI ini diduga direkrut oleh sponsor
yang tidak memiliki izin atau ilegal. Pihak sponsor meminta sejumlah uang kepada mereka senilai
Rp42 juta sampai Rp52 juta.
Menurut Benny, mereka sudah dijanjikan akan diberangkatkan ke negara Polandia dan Taiwan
untuk bekerja. Namun, sampai saat ini jadwal keberangkatan mereka masih belum diketahui.
Padahal para CPMI ini telah menunggu selama dua bulan hingga satu tahun lebih. "Mereka rata-
rata diminta uang Rp42 juta sampai Rp52 juta. Ini posisinya mereka masih dalam tempat
penampungan ilegal. Kami khawatirkan ada permintaan-permintaan lain ketika mereka sudah di
negara penempatan," kata Benny kepada wartawan, Sabtu (17/10/2020).
Benny menilai, pihak sponsor yang merekrut para CPMI ini diduga sengaja mengambil
keuntungan dengan meminta sejumlah uang kepada CPMI. "Kami prihatin, tempat
penampungan yang katakan ilegal, kondisinya tidak layak dan kotor, berbau," ujarnya.
"Intinya adalah kami ingin membuktikan, ada upaya-upaya pengiriman CPMI ke negara tempat
penempatan, selalu ada pihak-pihak yang ingin mempermudah proses. Kemudian melakukan
penghematan atas biaya yang harus dikeluarkan perusahaan, tapi dengan cara mengambil
keuntungan dari CPMI," tambah Benny.
Benny melanjutkan, pihaknya bakal memeriksa perusahaan yang meminta pihak sponsor, untuk
merekrut CPMI. Apabila perusahaan itu tidak berizin, maka sponsor yang mengelola tiga tempat
penampungan ilegal tersebut bakal diproses lebih lanjut. "Saudara Titin Marsinah ini (sponsor)
selalu mendapat order dari atas nama Lisa, dari PT Lintas Cakra Buana. Disistem kami yang ada
hanya PT Lintas Cakrawala Buana, dan bukan berada di Sidarja. Tapi di Jakarta. PT itu tidak
aktif," imbuhnya.
Sementara itu di tempat yang sama, Titin mengaku kalau dirinya hanya memfasilitasi para CPMI
untuk menunggu proses sebelum mereka diberangkatkan. "Untuk TKL ini saya baru satu tahun.
Kalau TKW sudah dari tiga tahun," ucap dia.
225