Page 486 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 OKTOBER 2020
P. 486

Persoalan yang dilaporkan biasanya terkait lamanya proses penerbitan izin karena terkendala
              rekomendasi  teknis,  tidak  berfungsinya  sistem  keberatan  antar  tingkatan  pemerintah,  dan
              perpanjangan izin tak ada kepastian waktu.

              "Selain itu dari masyarakat juga ada laporan terkait pengawasan terhadap perizinan yang tidak
              berfungsi," papar Alamsyah dalam bahan paparannya yang dikutipJIBI,Jumat (16/10/2020).

              Namun demikian, Alamsyah juga memberi catatan seputar prinsip kemudahan berusaha yang
              tengah disasar pemerintah melalui implementasi UU Ciptaker.

              Pertama,proses  pemberian  izin  terkesan  sentralistik  dan  tidak  menerapkan  sistem  supervisi
              berjenjang.

              Kedua,terkait efektivitas pengawasan, tidak ada konstruksi untuk pengembanganindependent
              oversight body. Ketiga, soal penalti atau sanksi dalam UU Ciptaker ada upaya untuk menggeser
              sanksi pidana ke sanksi administrasi.

              Namun  menurut  Alamsyah,  skema  ini  tidak  memerhatikan  klasifikasi  yang  mengancam
              kehidupan misalnya pengenaan sanksi administrasi lingkungan hidup.

              Di  dalam  klaster  ketenagakerjaan,  Alamsyah  menyebut  ada  orientasi  untuk  meningkatkan
              fleksibilitas pasar tenaga kerja dan mengurangi beban industri. Namun menurutnya, UU Ciptaker
              masih lemah dalam sistem pendukung dan perluasan basis.

              Sumber : JIBI/Bisnis Indonesia.














































                                                           485
   481   482   483   484   485   486   487   488   489   490   491