Page 227 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 20 OKTOBER 2020
P. 227

Bahkan ia menyebut pemerintah melalui Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker) melakukan
              rapat dengan kaum buruh hingga puluhan kali untuk membicarakan substansi UU Ciptaker.
              Mahfud menjelaskan, kalau UU Ciptaker masuk ke dalam daftar kampanye Presiden Joko Widodo
              atau Jokowi dan Wakil Presiden Ma'ruf Amin di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019. Jokowi juga
              sempat menyampaikannya saat pelantikan di Gedung DPR/MPR pada 20 Oktober tahun lalu.

              "Kalau secara umum mau dikatakan buru-buru ya tidak juga karena RUU ini kan sebenarnya
              sudah jadi kampanye Jokowi sebelum terpilih pada waktu pelantikan sumpah, Presiden juga
              singgung itu kita akan percepat investasi," kata Mahfud dalam diskusi Karni Ilyas Club melalui
              YouTube yang dikutip Suara.com, Senin (19/10/2020).

              Mahfud  lantas  mengungkapkan  kalau  pemerintah  juga  menggandeng  para  buruh  untuk
              menerima segala aspirasi. Ia sendiri mengaku sempat menemui dua kelompok serikat buruh
              Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) dan Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia
              (KSPSI) serta serikat buruh lainnya.
              Kemudian pemerintah juga melakukan rapat hingga 63 kali di kantor Kemnaker. Mantan ketua
              Mahkamah  Konstitusi  (MK)  tersebut  mengaku  tidak  seluruh  konsep  yang  ada  di  dalam  UU
              Ciptaker disetujui oleh serikat buruh.

              "Memang, ya, tidak 100 persen dari setiap konsep disetujui. Tapi bahwa itu ditampung dicari
              jalan tengah itu sudah dilakukan sebenarnya," ujarnya.

              Meski begitu, ia tidak ikut campur soal keputusan DPR yang begitu ngebut mengesahkan UU
              Ciptaker. Menurutnya hal itu menjadi urusan parlemen.

              "Nah,  kalau  sidang  yang  dipercepat  itu  tentu  itu  wewenang  DPR  ya.  Meskipun  memaklumi
              masyarakat kemudian kenapa buru-buru begitu. Tapi biar DPR lah yang menjawab itu," katanya
              menambahkan.







































                                                           226
   222   223   224   225   226   227   228   229   230   231   232