Page 304 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2020
P. 304

Ringkasan

              Anggota  Badan  Legislasi  (Baleg)  DPR  RI  Anis  Byarwati  memberikan  beberapa  catatan  kritis
              tentang hal ini, terutama mengenai seberapa besar UU Cipta Kerja ini dapat membantu ekonomi
              Indonesia pulih setelah tertekan pandemi Covid-19.

              "Omnibus Law Cipta Kerja memiliki beberapa titik kelemahan. Pertama, kelemahan itu berawal
              dari minimnya penjelasan tentang arah RUU Omnibus Law Cipta Kerja. Pemerintah menyebut
              perbaikan iklim investasi namun tidak menerangkan secara detail bagaimana RUU ini berjalan
              memperbaiki roda perekonomian Indonesia," kata Anis, Selasa (20/10/2020).



              CATATAN KRITIS UU CIPTAKER

              Anggota  Badan  Legislasi  (Baleg)  DPR  RI  Anis  Byarwati  memberikan  beberapa  catatan  kritis
              tentang hal ini, terutama mengenai seberapa besar UU Cipta Kerja ini dapat membantu ekonomi
              Indonesia pulih setelah tertekan pandemi Covid-19.

              "Omnibus Law Cipta Kerja memiliki beberapa titik kelemahan. Pertama, kelemahan itu berawal
              dari minimnya penjelasan tentang arah RUU Omnibus Law Cipta Kerja. Pemerintah menyebut
              perbaikan iklim investasi namun tidak menerangkan secara detail bagaimana RUU ini berjalan
              memperbaiki roda perekonomian Indonesia," kata Anis, Selasa (20/10/2020).

              Kedua,  lanjut  Anis,  Pemerintah  mengganggap  UU  Cipta  Kerja  diperlukan  untuk  menstimulus
              perekonomian nasional yang terhempas krisis apalagi di tengah pandemi Covid-19.

              Namun menurut Anggota Komisi XI DPR RI ini, perlambatan ekonomi Indonesia saat ini tidak
              bisa  diselesaikan  dengan  hanya  regulasi,  karena  permasalahan  ekonomi  Indonesia  terletak
              kepada hal yang lebih mendasar.

              "Diantara permasalahan ekonomi Indonesia yang mendasar adalah produktivitas tenaga kerja
              kita yang masih rendah. Menurut laporan Indeks Kompetisi Global yang dirilis di World Economic
              Forum (WEF) pada tahun lalu, kemampuan pekerja Indonesia berada di peringkat ke 65 dari 141
              negara dengan skor 64," jelasnya.

              Peringkat ini, nilai Anis, kalah dari negara tetangga seperti Malaysia yang berada di peringkat ke
              30 dengan skor 72.5, walaupun kita masih unggul dari Thailand dan Vietnam yang berada di
              peringkat 73 dan 93.

              "Sementara UU Cipta Kerja hanya fokus untuk menghasilkan lapangan kerja baru bukan untuk
              meningkatkan  produktivitas  pekerja.  Berdasarkan  data  ini,  RUU  Cipta  Kerja  tidak  menjawab
              permasalahan," tuturnya.

              Ketiga,  tambah  Anis,  UU  Cipta  Kerja  hanya  menyentuh  problem  ekonomi  struktural  negara
              dengan  fokus  utama  untuk  mempermudah  investasi,  dan  melonggarkan  regulasi
              ketenagakerjaan bukan ke arah ekonomi fundamental, atau hal yang mendasar.

              "Sedangkan  saat  ini,  problem  ekonomi  di  Indonesia  masih  bersifat  fundamental  (mendasar)
              seperti yang sudah dijelaskan di atas yaitu tentang produktivitas pekerja," terangnya.

              "Jika  pemerintah  gagal  mengatasi  permasalahan  fundamental  ini,  menurutnya  ekonomi
              Indonesia tidak akan bangkit dari stagnasi," sambungnya.

              Mengutip  data  World  Economic  Forum,  lanjut  Anis,  permasalahan  utama  yang  menghambat
              investasi di Indonesia adalah korupsi dan ketidakpastian hukum yang melingkupinya.


                                                           303
   299   300   301   302   303   304   305   306   307   308   309