Page 59 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 OKTOBER 2020
P. 59

konstitusional  ini  merupakan  penegasan  bahwa  KSPI  menolak  keberadaan  UU  Cipta  Kerja,
              terutama klaster ketenagakerjaan yang tak sesuai dengan tuntutan pekerja selama ini.
              Gugatan  uji  materi  yang  disasar  adalah  ketentuan  di  klaster  ketenagakerjaan  om-nibus  law
              tersebut. Sedangkan untuk uji formil, Said Iq-bal menyatakan ada cacat formil UU Cipta Kerja
              saat proses pembahasan dari naskah awal sampai dengan disahkan. "Beberapa cacat formil itu
              misal  berkembangnya  lima  versi  jumlah  halaman  dan  dan  dimajukannya  sidang  paripurna
              merjadi  5  Oktober  dari  sebelumnya  diagendakan  pada  8  Oktober  dan  tidak  ada  partisipasi
              publik," kata Said, Selasa (20/10).

              Presiden Konfederasi Serikat Bu nih Seluruh Indonesia (KSBSI) Elly Rosita Silaban memastikan
              pihaknya juga akan menempuh langkah serupa. Menurutnya, KSBSI tidak akan mengirimkan
              perwakilan dalam membahas aturan turunan UU Cipta Kerja bersama pemerintah. "Kami tidak
              mengirimkan nama untuk membuat Peraturan Pemerintah (PP). Sejauh ini sikap kami belum
              berubah, akan tetap membawa ke judicial review ke M K," kata Elly.

              Elly  mengatakan  pasal-pa-sal  yang  dipersoalkan  berkaitan  dengan  Perjanjian  Kerja  Waktu
              Tertentu (PKWT), pesangon, alih daya hingga upah minimum sektoral. Elly juga mengatakan
              pihaknya tetap optimis bisa memenangkan gugatan uji materi ini. Elly juga berharap, para hakim
              MK melihat persoalan UU Cipta Kerja dengan hati nurani mengingat situasi saat ini. Dengan
              begitu, tidak akan ada kecurigaan-kecurigaan yang muncul kepada M K . Langkah serupa juga
              akan dilakukan Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (KSPSI) Andi Gani Nena
              Wea.  Andi  bilang,  saat  ini  timnya  tengah  fokus  dalam  menyiapkan  gugatan  hukum  untuk
              bertarung di MK lewat judicial review.

              Dia bilang, KSPSI lebih memilih jalur gugatan hukum ketimbang turun ke jalan untuk berunjuk
              lasa  dan  meminta  Presiden  Joko  Widodo  (Jo-kowi)  mengeluarkan  Peraturan  Pemerintah
              Pengganti Undang-Undang (Perppu). Kendati begitu, Andi menghargai perbedaan sikap dengan
              SP/SB lain yang memilih untuk tetap berurjuk rasa.

              Tuntut Perpu
              Selain uji materi, sejumlah kalangan, khususnya dari serikat buruh dan pekerja, masih berharap
              Presiden Joko Widodo mengeluarkan Perppu terhadap UU Cipta Kerja. Seperti yang dilakukan
              oleh Asosiasi Serikat Pekerja (Aspek) Indonesia, mereka masih meminta kebijaksanaan politik
              Presiden Jokowi untuk membatalkan UU Cipta Kerja lewat penerbitan Perpu.
              Presiden  Aspek  Indonesia  Mirah  Sumirat  menyatakan,  pihaknya  berusaha  memperjuangkan
              pembatalan UU Cipta Kerja tanpa harus mengajukan judicial review ke M K. Ia menyampaikan
              beberapa pertimbangan Presiden Jokowi untuk mengeluarkan Perpu.

              Pertama  y  sejak  awal  proses  legislasi,  mulai  perencanaan,  penyusunan,  pembahasan,
              pengesahan  dan  pengundangan,  UU  Cipta  Kerja  memicu  kontroversi  dan  kritik  dari  banyak
              elemen masyarakat. "Baik terkait prosesnya yang minim partisipasi publik dan tidak melibatkan
              unsur  tripartit  sejak  awal  penyusunan,  dan  isinya  hanya  menguntungkan  pengusaha  tapi
              merugikan rakyat," ujar dia.

              Kedua, telah terjadi penolakan baik saat masih RUU maupun setelah pengesahan UU Cipta Kerja,
              yang  semakin  meluas  dari  berbagai  elemen  masyarakat,  termasuk  Pim-pinan  Pusat
              Muhammadiyah, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, tokoh agama lintas kepercayaan, mahasiswa,
              akademisi, aktivis lingkungan, kalangan jurnalis, pendidik, masyarakat adat, Komisi Nasional Hak
              Asasi Manusia. "UU ini hanya mementingkan pengusaha," ujar dia.




                                                           58
   54   55   56   57   58   59   60   61   62   63   64