Page 157 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 MARET 2021
P. 157
Ringkasan
Unrealized loss pada portfolio investasi saham BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) berbeda
dengan kasus kerugian Jiwasraya. Unrealized loss BPJS TK adalah wajar sebagai risiko
wajar dari investasi saham di pasar modal, dan bisa kembali untung saat pasar kembali
ke level sebelum pandemi Covid-19.
EKONOM SEBUT RUGI INVESTASI BPJS TENAKER WAJAR
Jakarta - Ekonom Keuangan Investasi dari IPMI International Business School Roy
Sembel mengatakan fenomena unrealized loss atau kerugian investasi yang belum
direalisasikan pada BPJS Ketenagakerjaan merupakan risiko wajar investasi saham di
pasar modal. Hal ini menanggapi penyelidikan dugaan korupsi pada pengelola jaminan
sosial itu.
Menurutnya, unrealized loss tersebut bisa berbalik menjadi keuntungan yang belum
direalisasikan atau unrealized gain saat pasar kembali ke level sebelum pandemi.
"Jadi, kerugian portofolio saham BPJS Ketenagakerjaan masih di atas kertas yang wajar
sebagai risiko investasi, dan bisa kembali untung sejalan dengan membaiknya ekonomi
setelah pandemi covid-19. Unrealized loss ini tidak logis dikategorikan sebagai kerugian
hasil manipulasi yang berpotensi pidana, tapi lebih pada risiko bisnis yang sudah
dikalkulasi dengan baik," ujarnya dikutip dari rilis resmi BPJS Ketenagakerjaan, Jumat
(12/3).
Ia mengatakan unrealized loss tersebut masih sejalan dengan perkembangan pasar
saham Indonesia. Hal itu tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan
(IHSG) yang terdampak krisis pandemi dan resesi ekonomi.
Bukti menunjukkan, sambungnya, angka unrealized loss naik turun sesuai dengan naik
turunnya IHSG. Saat IHSG di level 5.979 pada 31 Desember 2020, unrealized loss
mencapai Rp22,308 triliun, tapi ketika IHSG di level 6.429 pada 20 Januari 2021,
unrealized loss berkurang menjadi Rp14,417 triliun.
"Bukan tak mungkin, ketika IHSG di level 7.000, bukan unrealized loss, tapi bisa berbalik
arah menjadi unrealized gain. Hal ini bisa dilihat naik turunnya potensial loss itu sangat
tergantung dari pergerakan IHSG," ucapnya.
Selain itu, ia menyatakan temuan itu berbeda dengan kerugian portofolio investasi pada
kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero). Portofolio saham-saham Jiwasraya, termasuk
golongan saham kualitas rendah, tidak likuid, dan mempunyai kapitalisasi pasar yang
kecil, atau kerap disebut sebagai saham-saham "gorengan".
Detailnya, porsi saham dan reksadana di Jiwasraya lebih dari 91 persen, sedangkan
alokasinya di BPJS Ketenagakerjaan hanya 23,56 persen. Selain itu, portofolio saham
156