Page 239 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 MARET 2021
P. 239

Ringkasan

              Unrealized loss pada portfolio investasi saham BPJS Ketenagakerjaan (BPJS TK) berbeda
              dengan kasus kerugian Jiwasraya. Unrealized loss BPJS TK adalah wajar sebagai risiko
              wajar dari investasi saham di pasar modal, dan bisa kembali untung saat pasar kembali

              ke level sebelum pandemi Covid-19.



              EKONOM: UNREALIZED LOSS BPJAMSOSTEK WAJAR SEBAGAI RISIKO
              INVESTASI


              Jakarta  -  Profesor  Keuangan  dan  Investasi,  IPMI  International  Business  School,  Roy
              Sembel,  menilai  wajar  kerugian  yang  belum  nyata  (Unrealized  loss)  pada  portofolio
              saham  BPJAMSOSTEK  sebagai  risiko  investasi,  dan  bisa  kembali  untung  sejalan
              membaiknya ekonomi setelah pandemi COVID-19.

              "Unrealized loss (UL) ini tidak logis dikategorikan sebagai kerugian hasil manipulasi yang
              berpotensi pidana. Karena lebih pada risiko bisnis yang sudah dikalkulasi dengan baik,"
              ujar Roy dalam keterangan tertulisnya yang diterima di Jakarta, Jumat.


              Fenomena UL kini menjadi momok karena berpotensi menjadi ancaman kriminalisasi
              sehingga sangat menakutkan bagi dunia investasi setelah Kejaksaan Agung (Kejagung)
              RI melakukan penyidikan terhadap BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK).

              Beberapa bulan terakhir, masyarakat dikagetkan dengan tuduhan kerugian tidak wajar,
              yang berpotensi pidana pada UL pada portofolio saham BPJAMSOSTEK. "Kerugian ini,
              terkesan  dipaksakan,  seolah  sama  dengan  kerugian  dalam  kasus  Jiwasraya  yang
              menghebohkan beberapa waktu sebelumnya," ujarnya.


              Padahal  hasil  kajian  menunjukkan  bahwa  proses  investasi  portofolio  BPJAMSOSTEK
              sudah  prudent  (hati-hati)  dan  sesuai  kaidah-kaidah  investasi.  "Alokasi  aset  telah
              memperhatikan aspek pengelolaan risiko yang relatif baik. Secara garis besar, investasi
              dimulai dengan strategi mengalokasikan dana investasi ke dalam beberapa kelas aset
              sesuai tujuan investasi, saham, reksadana, deposito, obligasi dan bahkan properti serta
              penyertaan langsung," katanya memaparkan.


              Di dalam masing-masing kelas aset, dilakukan strategi pemilihan sekuritas (securities
              selection) atau manajer investasi yang cocok dengan tujuan investasi. Bahkan, dalam
              pemilihan  manajer  investasi  relatif  ketat.  Syaratnya  harus  mempunyai  dana  kelolaan
              minimal Rp1,5 triliun.

              Lebih  jauh  dia  memaparkan,  data  portofolio  sahamnya  diinvestasikan  pada  saham-
              saham  LQ-45.  Itu  artinya  isi  portfolio  sahamnya  dominan  terdiri  dari  saham-saham
              berkapitalisasi pasar besar dan relatif likuid.




                                                           238
   234   235   236   237   238   239   240   241   242   243   244