Page 164 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 DESEMBER 2020
P. 164

KJRI KUCHING BERHASIL PERJUANGKAN GAJI DELAPAN PMI KORBAN
              PENYEKAPAN
              Konsulat  Jenderal  Republik  Indonesia  (KJRI)  Kuching  tidak  hanya  memulangkan  delapan
              perempuan  WNI/PMI  korban  penyekapan  di  Miri,  Sarawak,  Malaysia,  namun  juga  berhasil
              memperjuangkan gaji mereka.

              "Alhamdulillah setelah kami kontak pihak agen, gaji mereka ini bersedia dibayarkan. Memang
              tidak semuanya karena alasan pihak agen ada dua diantaranya baru bekerja belum satu tahun
              dan  masih  berutang  ke  pihak  agen  penyalur  tenaga  kerja  di  Indonesia  sebesar  Rp25  juta,
              sehingga dipotong dari gaji mereka," kata Konsul Jenderal KJRI Kuching Yonny Tri Prayitno di
              Sanggau, Senin.

              Untuk keamanan kata Yonny, gaji akan diserahkan bersamaan dengan penyerahan kedelapan
              PMI tersebut ke UPT BP2MI Kalimantan Barat di PLBN Entikong.

              "Setelah menjalani tes cepat, gaji mereka itu kami serah terimakan langsung ke masing-masing
              PMI tersebut sesuai dengan besaran gaji setiap dari mereka selama bekerja di sana. Dan hal itu
              disaksikan langsung oleh Kepala UPT BP2MI Kalimantan Barat, Erwin Rachmat," katanya.

              Untuk diketahui, ada delapan orang WNI/PMI korban penyekapan dan tidak diberikan gaji oleh
              oknum agen PMI di Kota Miri, Sarawak. Kemudian kedelapan orang itu dibebaskan oleh Polisi
              Daerah  Miri  14  November  2020.  Kemudian  12  Desember  2020  mereka  dipulangkan  dengan
              bantuan KJRI Kuching.

              Tim KJRI Kuching tanggal 10 Desember 2020 berangkat ke Miri menjemput kedelapan orang
              WNI  tersebut.  Oleh  pihak  Polisi  Daerah  Miri  mereka  sudah  diperbolehkan  pulang  setelah
              menunggu 15 hari untuk menjadi saksi dari kasus TPPO oknum agen PMI yang mempekerjakan
              mereka.

              Sementara  sebelumnya,  Maria  Sipa,  perempuan  asal  Alor,  Nusa  Tenggara  Timur  yang
              merupakan salah seorang korban penyekapan di Miri, Sarawak Malaysia itu menyatakan dia dan
              tujuh pekerja asal Indonesia yang lainnya telah ditipu oleh agen penyalur pekerja di Malaysia
              karena tidak mendapat gaji sebagaimana yang dijanjikan, dipaksa bekerja dalam keadaan sakit,
              dan diperlakukan dengan buruk oleh agen penyalur kerja di Sarawak.
              "Saya sudah dua tahun tujuh bulan bekerja di Miri, Sarawak, Malaysia. Awalnya kami disuruh
              kerja di rumah majikan masing-masing seperti biasa, tapi lama-kelamaan, meskipun dalam sakit
              tetap dipaksa terus bekerja. Kalau tidak mau bekerja sehari saja gaji dipotong RM100 hingga
              RM200 serta mendapat perlakuan kasar," katanya.

              Dia menuturkan bahwa saat di tempat penampungan dia dan kawan-kawannya hanya diberi
              beras.

              Selain itu, agen penyalur pekerja membatasi akses keluar bagi Maria Sipa dan kawan-kawannya
              serta menyita telepon genggam dan uang mereka.















                                                           163
   159   160   161   162   163   164   165   166   167   168   169