Page 159 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 15 DESEMBER 2020
P. 159

UU CIPTA KERJA JADI ANGIN SEGAR DAN LINDUNGI HAK-HAK PEKERJA

              Tim  Tripartit  yang  terdiri  dari  Serikat  Buruh,  Kamar  Dagang  dan  Industri  atau  Kadin,  dan
              pemerintah tengah menggodok empat Peraturan Pemerintah (PP) klaster ketenagakerjaan yang
              menjadi aturan turunan UU No 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.

              Tiga  di  antaranya  telah  selesai  dibahas  yaitu  RPP  tentang  Penggunaan  TKA,  RPP  tentang
              Hubungan Kerja, Waktu Kerja, dan Waktu Istirahat, serta PHK. Termasuk Revisi PP Nomor 78
              Tahun  2015  tentang  Pengupahan.  Sementara,  menyangkut  soal  pesangon  pekerja  masih
              dilakukan pembahasan.

              "Kita di lapangan banyak mengamati dan memberikan masukan-masukan RPP ke konvederasi
              untuk  dilakukan  perubahan  ke  pemerintah.  UU  Cipta  Kerja  klaster  Ketenagakerjaan  lebih
              memberikan kepastian dan perlindungan ke pekerja," kata Ketua Biro Konseling dan Advokasi
              Serikat  Pekerja  Indofarma  Tri  Okta  Sulfa  Kimiawan  melalui  keterangannya  saat  webinar
              'Implementasi  Skema  Baru  PHK  dan  Pesangon  dalam  UU  Cipta  Kerja'  Minggu  (13/12)
              Menurutnya,  saat  ini  publik  menanti  RPP  yang menjadi  aturan turunan  UU  Cipta  Kerja  yang
              tengah dibahas oleh tim tripartit, terutama Klaster Ketenagakerjaan. Menurutnya, ada beberapa
              hal yang masih menjadi perhatian, di antaranya menyangkut soal PHK dan pesangon pekerja.

              Dia  memaparkan,  data  Kementerian  Ketenagakerjaan  pada  2019  menyebutkan  hanya  27%
              pengusaha  yang  memenuhi  pembayaran  kompensasi  sesuai  dengan  ketentuan  UU  13/2003.
              Sisanya,  73%  tidak  melakukan  pembayaran  kompensasi  PHK  sesuai  dengan  UU
              Ketenagakerjaan.

              Bahkan,  laporan  World Bank  yang  mengutip  data  Survei  Angkatan  Kerja  Nasional  BPS  2018
              menyatakan 66% pekerja sama sekali tidak mendapat pesangon sesuai aturan, 27% pekerja
              menerima pesangon kurang dari yang seharusnya diterima, dan 7% pekerja yang menerima
              pesangon sesuai dengan ketentuan.

              Dengan kondisi tersebut, upaya yang harus dilakukan bukan hanya memperbaiki aturan atau
              regulasi.  Namun  sangat  penting  melakukan  edukasi  dan  sosialisasi  kepada  pengusaha  atau
              pemberi kerja untuk patuh dalam pembayaran pesangon pekerja sesuai ketentuan yang berlaku.

              "UU Cipta Kerja menjadi angin segar dan mampu menjadi solusi dari masalah pesangon sehingga
              memberikan kepastian pembayaran pesangon bagi pekerja di sektor apapun. Meskipun jumlah
              pesangonnya  lebih  kecil,  dari  32  menjadi  25  kali  gaji,  tapi  ini  lebih  pasti  untuk  melindungi
              pekerja," terangnya.

              Sekali  lagi,  pesangon  adalah  kewajiban  pengusaha.  Cepat  atau  lambat,  pesangon  harus
              dibayarkan. Maka, UU Cipta Kerja hadir untuk menata aturan ketenagakerjaan di bumi Indonesia
              menjadi lebih baik. Regulasi memang penting namun kepatuhan menjalankan aturan jauh lebih
              penting.

              Dengan  begitu,  UU  Cipta  Kerja  bakal  mampu  meningkatkan  iklim  usaha  yang  kondusif,
              menciptakan  lapangan  kerja  baru,  dan  memacu  pertumbuhan  ekonomi  nasional.  Tanpa
              mengabaikan hak-hak pekerja yang semestinya.


              Dengan UU Cipta Kerja diharapkan menguatkan kembali terkait kebijakan PHK yang telah diatur
              dalam konstruksi skema baru PHK dan Pesangon. Inti dari kluster ketenagakerjaan mengubah
              atau menghapus serta menetapkan dari beberapa ketentuan dari UU yang berlaku.

              "Artinya Pemerintah berkomitmen memastikan pembayaran PHK dan kita berharap perusahaan
              tidak boleh abai terhadap pesangon yang telah menjadi hak para pekerja dalam melakukan PHK,"
              terang Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi di UBK ini.


                                                           158
   154   155   156   157   158   159   160   161   162   163   164