Page 522 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 31 AGUSTUS 2020
P. 522

SERAPAN TENAGA KERJA DINILAI NAIK DENGAN KEMUDAHAN INVESTASI

              JAKARTA -- Kemudahan  investasi  dinilai bisa meningkatkan serapan tenaga kerja. Karena itu,
              peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Ahmad Heri Firdaus, menilai
              kemudahan investasi yang disuarakan Rancangan Undang-Undang Cipta Kerja (RUU Ciptaker)
              menjadi stimulus untuk penyerapan tenaga kerja.

              Menurut Heri, jika dilihat aturannya, pemerintah ingin membuat lapangan kerja semakin banyak.

              "Pemerintah ingin membuat lapangan kerja semakin banyak lewat jalur investasi, melalui RUU
              Cipta Kerja," kata Heri, Kamis (27/8).

              Namun, Heri mengingatkan, semakin banyak investasi yang datang bakal meningkatkan serapan
              tenaga kerja  secara merata di dalam negeri. Kemudahan investasi pun bisa menjadi peluang
              sekaligus tantangan bagi pemerintah.
              Sehingga, tantangan yang dihadapi juga jadi semakin besar. Pemerintah pun menurutnya harus
              melakukan seleksi investasi yang diizinkan masuk setelah RUU Ciptaker disahkan. Disarankan
              mengutamakan industri padat karya mengingat pengangguran menjadi persoalan yang tengah
              dihadapi.

              Menurut Heri, rasio investasi di Indonesia kini tergolong besar terhadap produk domestik besar,
              sekitar 32 persen. Tertinggi pertama dari konsumsi rumah tangga yaitu 55 persen.

              Sayangnya, ungkap dia, kontribusi investasi tersebut kurang siginifikan terhadap serapan tenaga
              kerja. Pangkalnya, sebagian besar tidak membutuhkan banyak sumber daya manusia (SDM),
              seperti industri digital dan keuangan.

              "Investor  yang  di  sektor  manufaktur,  contohnya  sektor  jasa  dan  barang,  itu  kontribusinya
              semakin kecil, semakin melandai," katanya, Kamis (28/8).

              Selain menyeleksi, pemerintah juga harus mampu dan optimal dalam mengarahkan investasi
              yang  masuk.  Itu  juga  harus  mengelola  dana  yang  datang  karena  realitasnya  kini  belum
              maksimal.

              "Untuk lihat realisasi investasi di Indonesia itu lewat  icore  (incremental capital output ratio atau
              tingkat  efisiensi  investasi)  dan  icore  Indonesia  itu  cukup  besar  dibanding  negara  tetangga,
              sekitar 6,5," ujarnya.

              "Artinya kalau kita buat suatu produk di Indonesia, handphone misalnya, itu icore-nya 6,5, maka
              di negara tetangga, seperti Vietnam-Malaysia, itu icore-nya cuma 4," lanjutnya.

              Semakin  tinggi  nilai  icore,  tingkat  efisiensi  investasi  memburuk.  Tingginya  icore  membuat
              investor beranggapan Indonesia sebagai negara boros modal.

              Tugas pemerintah selanjutnya yaitu memastikan kualitas dan kemampuan SDM di dalam negeri.
              Jika tidak, investasi yang masuk takkan berdampak positif terhadap serapan tenaga kerja.

              Menurutnya, kalau skill dan kualitas SDM-nya, terutama di daerah-daerah itu tidak mumpuni,
              tenaga kerja juga sulit terserap. "Yang ada malah perusahaan dibangun, tetapi yang kerja atau
              tenaga kerjanya tetap impor dari luar negeri," katanya.

              "Makanya, pemrintah harus jamin, beri masyarakat pelatihan kemampuan kerja, bekali mereka
              dengan  keahlian  tertentu  seusai  dengan  kebutuhan  investasi  yang  akan  dibangun  di  daerah
              tersebut," katanya..



                                                           521
   517   518   519   520   521   522   523   524   525   526   527