Page 63 - E-KLIPING KETENAGAKERJAAN 31 AGUSTUS 2021
P. 63

Pusat tahanan sementara merupakan tempat untuk menampung para buruh migran yang tak
              memiliki  dokumen  untuk  menunggu  pemulangan  ke  negara  asal.  Saat  pandemi  Covid-19,
              permasalahan baru muncul dalam sistem ini. Abu menjelaskan, tak semua buruh migran bisa
              segera dideportasi karena berbagai alasan.

              Itu  membuat  penumpukan  orang  tak  terhindarkan  di  pusat  tahanan  sementara.  Sebab,
              Pemerintah  Malaysia  terus  melakukan  operasi  penangkapan  buruh  migran  tak  berdokumen.
              Akibatnya, timbul kluster baru di pusat tahanan sementara itu.

              ”Data yang kami kompilasi dari newslab.malaysiakini.com, per 10 Agustus 2021, terdapat 14
              kluster  Covid-19  di  pusat  tahanan  sementara.  Kami  tidak  mendapatkan  data  berapa  yang
              sembuh dan yang meninggal,” ujar Abu.

              Selain itu, terdapat beberapa buruh migran yang semula memiliki dokumen keimigrasian menjadi
              tak berdokumen. Dari hasil penelusuran KBMB, sejumlah buruh migran gagal memperbarui izin
              kerja mereka. Hal itu disebabkan kantor imigrasi sering kali tutup dan tidak beroperasi normal.
              Ini membuat jumlah migran tak berdokumen di Sabah semakin banyak.

              Mukmin Nantang dari Borneo Komrad, kolektif anak muda yang membuat sekolah anak tanpa
              dokumen  di  Sabah,  berharap  Pemerintah  Malaysia  menindaklanjuti  persoalan  ini.  Sebab,
              katanya, buruh migran tak bisa berbuat apa-apa. Bahkan, para buruh migran tersebut tak bisa
              mendapat vaksin Covid-19.

              ”Lebih baik (para buruh migran) dibiarkan dahulu, kemudian diurus dokumen mereka. Selain itu,
              dibuatkan  juga  pusat  vaksinasi  di  kebun-kebun  sawit.  Majikan  dan  perusahaan  harus
              bertanggung jawab,” ujar Mukmin.

              Ruang isolasi di pusat tahanan sementara hanya dibatasi dinding tripleks dengan tinggi sekitar
              1,5 meter. Mereka yang tertular dan tidak masih menggunakan toilet yang sama.

              Hal ini juga mendapat sorotan dari Suruhanjaya Hak Asasi Manusia (Suhakam/Komnas HAM)
              Malaysia. Komisioner Suhakam Malaysia,

              Jerald  Joseph,  menilai,  perlu  ada  solusi  dari  Pemerintah  Malaysia.  Sebab,  pusat  tahanan
              sementara di sana didesain hanya untuk menampung sementara waktu sehingga tak memiliki
              ruangan yang baik sesuai protokol kesehatan.

              ”Mereka  memang  benar  melanggar  undang-undang  karena  tak  berdokumen,  tetapi  apakah
              penahanan itu diperlukan di waktu sekarang ini di pusat tahanan yang sudah sesak? Itu strategi
              yang tidak betul,” ujar Jerald.

              Tanggung jawab pemerintah

              Komisioner  Komnas  HAM  menilai,  persoalan  ini  bukan  hanya  tanggung  jawab  Pemerintah
              Malaysia, tetapi juga Pemerintah Indonesia. Pihaknya pernah berkomunikasi dengan Kedutaan
              Besar RI di Malaysia. KBRI dalam hal ini membantu pengetesan Covid-19 buruh migran sebelum
              dipulangkan ke Indonesia.

              ”Kasus buruh migran ini dalam konteks pandemi Covid-19 ini, (mereka) paling menderita. Ketika
              dia  mempertahankan  hidupnya  di  luar  negeri,  dia  dianggap  warga  negara  asing.  Ketika
              kebijakannya  (negara  tempat  bekerja)  adalah  mengutamakan  warga  negara  sendiri,  mereka
              menjadi nomor dua,” kata Choirul.
              Pelaksana Fungsi Penerangan Sosial dan Budaya Konsulat Republik Indonesia (KRI) di Tawau
              Emir Faisal membenarkan bahwa terdapat buruh migran asal Indonesia yang terpapar Covid-19


                                                           62
   58   59   60   61   62   63   64   65   66   67   68