Page 182 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 SEPTEMBER 2020
P. 182

hanya mengacu pertumbuhan ekonomi tanpa menambah inflasi, dan PHK yang dipermudah.
              Lalu hak upah atas cuti hilang, karyawan terancam kontrak seumur hidup, karyawan outsourcing
              seumur hidup, nilai pesangon dikurangi atau bahkan komponennya ada yang dihilangkan, jam
              kerja eksploitatif, hingga soal TKA buruh kasar yang mudah masuk ke Indonesia.

              Said menegaskan, UMSK harus tetap ada. Akan tidak adil jika mereka yang bekerja di sektor
              otomotif  atau  pertambangan  nilai  UMK-nya  sama  dengan  perusahaan  baju  atau  perusahaan
              kerupuk. Selain itu, jika UMSK hilang, berarti upah buruh di sektor industri akan terancam turun
              30 persen. Padahal, jumlah buruh penerima UMSK saat ini mencapai puluhan juta orang. "Itulah
              makanya di seluruh dunia ada UMSK yang berlaku sesuai kontribusi nilai tambah tiap industri
              terhadap PDB negara," jelasnya.

              Kemudian, berlakunya sistem kontrak dan outsourcing seumur hidup bisa mengancam hilangnya
              jaminan kesehatan dan pensiun. Selain itu, tidak bisa dipastikan siapa yang akan membayar JKP
              bagi mereka. "Tidak mungkin buruh membayar kompensasi untuknya sendiri.  Itu pun belum
              jelas," ujarnya.

              Said  mengatakan,  bila  DPR  menyetujui  klausul  karyawan  kontrak  dan  pekerja  outsourcing
              seumur hidup, berarti no job security bagi buruh Indonesia. Negara tak hadir untuk melindungi
              buruh.

              Sebagai informasi, saat ini saja jumlah karyawan kontrak dan outsourcing berkisar 70-80 persen
              dari total buruh yang bekerja di sektor formal. "Terus, dengan disahkannya omnibus law, apakah
              mau dibikin 5 sampai 15 persen saja karyawan tetapnya? No job security untuk buruh. Apa ini
              tujuan investasi?" cetusnya.

              Merespons kondisi itu, kata Said, puluhan pimpinan konfederasi dan federasi serikat pekerja
              menyepakati untuk melakukan mogok nasional sebagai bentuk penolakan terhadap omnibus law
              RUU Ciptaker. Kesepakatan tersebut diambil setelah mendengarkan pandangan  dari masing-
              masing serikat pekerja dalam rapat bersama di Jakarta Minggu (27/9).

              Said  menyebutkan,  mogok  nasional  akan  dilakukan  secara  konstitusional  dengan  tertib  dan
              damai. Rencananya, aksi itu digelar selama tiga hari berturut-turut, mulai 6 Oktober 2020 dan
              diakhiri saat sidang paripurna yang membahas RUU Ciptaker 8 Oktober 2020.

              Saat mogok nasional, seluruh buruh akan menghentikan proses produksi dan turun ke jalan.
              Lokasinya ditentukan masing-masing serikat pekerja di tingkat perusahaan. Rencananya, mogok
              nasional  diikuti  kurang  lebih  5  juta  buruh  di  ribuan  perusahaan  di  25  provinsi  dan  300
              kabupaten/kota  .

              Editor : Ilham Safutra  Reporter : deb/mia/c9/fal   .






















                                                           181
   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187