Page 212 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 SEPTEMBER 2020
P. 212

TOLAK OMNIBUS LAW, BURUH GELAR MOGOK KERJA SERENTAK

              Jakarta -  Puluhan kelompok buruh menuding anggota DPR RI telah mengkhianati  buruh  ,
              karena telah menyetujui usulan pemerintah mengesahkan pemberlakukan omnibus law klaster
              ketenagakerjaan. Tentunya hal itu dianggap merugikan buruh.

              Menurut Ketua Umum Pimpinan Pusat FSP TSK SPSI Roy Jinto, hasil kesepakatan panja dan
              pemerintah  soal  klaster  ketenagakerjaan  yaitu  penghapusan  syarat  jenis  pekerjaan,  batasan
              waktu PWKT atau kontrak, outsourcing atau alih daya ini akan berakibatkan terhadap semua
              jenis pekerjaaan.

              Selain  itu  ucap  Roy  hal  yang  merugikan  lainnya,  adanya  jabatan  tanpa  ada  batasan  waktu
              menggunakan  PKWT  dan  outsourcing,  dikuranginya  nilai  pesangon,  dihapuskannya  upah
              minimum sektor, cuti-cuti yang menjadi hak buruh dan dipermudahnya perusahaan melakukan
              PHK.

              "Ini  membuktikan  bahwa  DPR  bukan  lagi  representasi  rakyat  tidak  mendengarkan  aspirasi
              buruh," ujar Roy dalam keterangan resminya ditulis Bandung, Selasa, (29/9/2020).

              Roy mengatakan pembahasan kedua belah pihak itu dilakukan pada 25 - 27 September 2020,
              dimana  dari  waktu  pembahasan  kelompok    buruh    melihat  bahwa  DPR  dan  Pemerintah
              melakukan pembahasan kejar tayang dan target .

              Itu dapat dilihat sebut Roy, pada hari libur yaitu Sabtu - Minggu lalu tetap dilakukan pembahasan
              sampai  pukul  23.00  WIB  di  hotel  mewah  dan  berpindah-pindah  tempat  memicu  kemarahan
              kelompok buruh.

              "Hasil rapat pimpinan serikat pekerja dan serikat buruh yang terdiri dari KSPSI, KSPI, Aliansi
              Gekanas  yang  didalamnya  ada  32  federasi  serikat  pekerja  tingkat  nasional  pada  tanggal  27
              September  2020,  menyatakan  menolak  seluruh  hasil  pembahasan  panja  dan  pemerintah
              mengenai Omnibus Law Cipta Kerja khususnya klaster ketenagakerjaan," sebut Roy.

              Roy menegaskan kelompok buruh akan melakukan perlawanan secara konstitusional dengan
              melakukan aksi unjuk rasa dan mogok nasional. Rencananya unjuk rasa  buruh  akan dilakukan
              di gedung DPR RI dan di daerah akan dilakukan secara bergelombang dimulai dari 29 September
              - 1 Oktober 2020.

              Selain di gedung DPR RI, unjuk rasa pada tanggal 1 Oktober 2020 akan di fokuskan di kantor
              Kementerian  Ekonomi  dan  Kementerian  Tenaga  Kerja.  Sedangkan  mogok  nasional  akan
              dilakukan  pada  tanggal  6  -  8  Oktober  2020  secara  serentak  di  seluruh  kawasan  industri
              kabupaten dan kota, provinsi serta nasional dengan tuntutan batalkan dan cabut Omnibus Law
              RUU Cipta Kerja.

              "Mogok nasional ini sebenarnya bukan tujuan dari kaum buruh. Kami telah melakukan upaya-
              upaya konsep, loby-loby dialog dengan pemerintah dan DPR RI, tapi semua langkah itu tidak
              membuahkan hasil sesuai harapan buruh," ucap Roy.

              Roy  mengaku  kelompok  buruh  terpaksa  mengambil  langkah  mogok  nasional  secara
              konstitusional,  berdasarkan  hasil  kesepakatan  seluruh  serikat  pekerja  serta  serikat  buruh'
              Alasannya, karena jika RUU Cipta Kerja ini disahkan pada sidang paripurna DPR RI tanggal 8
              Oktober 2020, maka nasib kelompok buruh akan semakin susah.

              Buruh  berjanji  akan  memastikan  kegiatan  unjuk  rasa  dan  mogok  nasional  dilakukan  sesuai
              ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Yaitu dengan tetap mengikuti protokol
              kesehatan COVID - 19 seperti memakai masker, hand sanitizer, jaga jarak serta akan berjalan
              secara aman, damai dan tertib. (Arie Nugraha).

                                                           211
   207   208   209   210   211   212   213   214   215   216   217