Page 83 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 30 SEPTEMBER 2020
P. 83

Ringkasan

              Institute  for  Development  of  Economics  and Finance (Indef) menilai,  gelombang  pemutusan
              hubungan kerja (PHK) akan tetap terjadi pasca-pandemi covid-19. Hal ini disebabkan dampak
              dari  perubahan  perilaku  masyarakat  pasca-pandemi  covid-19.  Ekonom  Indef  Aviliani
              mengatakan, pandemi Covid-19 memaksa perusahaan untuk mempercepat proses digitalisasi.
              Semula  perusahaan  berencana  mengurangi  pegawai  dalam  lima  tahun.  Namun,  sekarang
              dipercepat sehingga PHK tidak bisa dielakkan.19.



              INDEF: GELOMBANG PHK AKAN TERJADI PASCA-PANDEMI

              JAKARTA -- Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai, gelombang
              pemutusan hubungan kerja (PHK) akan tetap terjadi pasca-pandemi covid-19. Hal ini disebabkan
              dampak dari perubahan perilaku masyarakat pasca-pandemi covid-19.

              Ekonom  Indef  Aviliani  mengatakan,  pandemi  Covid-19  memaksa  perusahaan  untuk
              mempercepat proses digitalisasi. Semula perusahaan berencana mengurangi pegawai dalam lima
              tahun. Namun, sekarang dipercepat sehingga PHK tidak bisa dielakkan.

              "Kita lihat sekarang PHK sudah ada tapi memang belum terlalu signifikan atau besar-besaran
              tetapi  kecil-kecilan.  Namun  ke  depan,  menurut  saya,  PHK  itu  bukan  hanya  terjadi  karena
              pandemi saja, tapi karena behavior masyarakat kita yang berubah menjadi permanen," ujarnya
              saat acara 'The 2nd Series Industry Roundtable (Episode 8) Banking Industry Perspective' Selasa
              (29/9) Menurutnya, daya tahan perusahaan hanya mampu bertahan selama enam bulan sampai
              satu  tahun  dalam  menghadapi  krisis.  Alhasil  ketika  perusahaan-perusahaan  sudah  mulai
              tumbang, maka akan banyak terjadinya PHK.

              "Kalau perusahaan itu kreatif sebenarnya dia bisa memanfaatkan ini sebagai peluang, saya bilang
              the power of kepepet punya ide untuk survive, tidak akan PHK justru mereka bisa mengambil
              keuntungan di tengah pandemi," ucapnya.

              Namun  sebaliknya,  menurut  Aviliani,  bagi  perusahaan  yang  tidak  bisa  kreatif  dan  tidak  bisa
              melakukan apapun, atau mungkin perusahaan hanya bisa melakukan cost efficiency, maka akan
              banyak yang terkena PHK. "Harus diantisipasi oleh masyarakat maupun pemerintah karena ini
              akan terjadi (PHK) mau tidak mau," ucapnya.

              Berdasarkan Hasil Survei MarkPlus terkait perbankan menyatakan, perilaku nasabah cenderung
              lebih menggunakan omni channel baik online dan offline untuk bertransaksi pada masa pandemi.
              Adapun survei dilakukan kepada 150 responden, 70 persen dari non-Jabodetabek dan 30 persen
              dari wilayah Jabodetabek.

              Business Analyst MarkPlus Alfredo Pakidi menambahkan, rentang usia responden kurang dari 25
              tahun (15 persen), paling dominan 25-34 tahun (35 persen), 35-44 tahun (30 persen), dan usia
              lebih 44 tahun (20 persen). Maka, rata-rata pendapatan yang mereka peroleh antara Rp 3 juta-
              4,9 juta per bulan.

              "Ada  hal  menarik  yang  kami  temukan  referensi  channel  yang  dilakukan  ketika  melakukan
              transaksi yaitu nasabah menggunakan Omni channel saat masa pandemi, dari 150 nasabah yang
              kami teliti 55 persen masih bertransaksi di cabang dan 45 persen bertransaksi dari rumah,"
              ucapnya.

              Omni channel adalah pengalaman bertransaksi dengan mengintegrasikan seluruh channel yang
              adalah dalam satu data dan jaringan yang utuh. Dari sini nasabah tidak perlu lagi melakukan
              input data manual sehingga semua terintegrasi.

                                                           82
   78   79   80   81   82   83   84   85   86   87   88