Page 182 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 14 JUNI 2021
P. 182

PERINGATI HARI DUNIA MENENTANG PEKERJA ANAK, MENAKER IDA PAPARKAN 7
              LANGKAH KONKRIT
              Kementerian  Ketenagakerjaan  (Kemnaker)  memastikan  komitmennya  untuk  terus  berupaya
              menghapus  pekerja  anak.  Dalam  perkembangannya  pemerintah  sudah  melakukan  penarikan
              pekerja anak dari berbagai jenis pekerjaan terburuk.

              Pada Tahun 2008 - 2020 Kemenaker telah melaksanakan Program Pengurangan Pekerja Anak
              dan telah berhasil menarik pekerja anak dari tempat kerja sebanyak 143.456 anak.

              Tujuan program ini adalah mengurangi jumlah pekerja anak dari Rumah Tangga Miskin (RTM)
              yang  putus  sekolah  untuk  ditarik  dari  tempat  kerja  melalui  pendampingan  di  shelter  dalam
              rangka memotivasi dan mempersiapkan anak kembali ke dunia pendidikan.

              Hal  ini  disampaikan  Menteri  Ketenagakerjaan  (Menaker),  Ida  Fauziyah,  saat  menyampaikan
              keynote speech pada acara "End Child labour virtual race 2021" yang diselenggarakan oleh ILO
              dalam rangka World Day Agaisnt Labour 2021secara virtual di Jakarta, Sabtu (12/6/2021).

              Ida mengatakan, pemerintah memiliki komitmen besar untuk menghapus pekerja anak. Hal ini
              ditandai dengan ratifikasi Konvensi ILO Nomor 138 mengenai usia minimum untuk diperbolehkan
              bekerja  dengan  Undang-Undang  Nomor  20  Tahun  1999.  Selain  itu,  pemerintah  juga
              memasukkan substansi teknis yang ada dalam Konvensi ILO tersebut dalam Undang-Undang
              Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan.

              "Kami  di  Kementerian  Ketenagakerjaan  serius  dan  tegas  dalam  melakukan  berbagai  upaya
              konkrit guna mengurangi pekerja anak di Indonesia," jelas Ida.

              Berbagai upaya yang akan dilakukan di tahun 2021 ini di antaranya pertama, meningkatkan
              kesadaran masyarakat, terutama di daerah pedesaan dan pada kelompok rentan, agar peduli
              pada  pemenuhan  hak  anak  dan  tidak  melibatkan  anak  dalam  pekerjaan  berbahaya.  Hal  ini
              dilakukan di antaranya melalui supervisi ke perkebunan kelapa sawit dan perkebunan tembakau.

              Kedua,  langkah-langkah  koordinasi  dan  asistensi  untuk  mengembalikan  anak-anak  ke
              Pendidikan, dengan menggunakan berbagai pendekatan.

              Ketiga,  memberikan  pelatihan  pada  pekerja  anak  dari  Kelompok  Rentan  (Putus  Sekolah  dan
              Keluarga Miskin) dalam program pelatihan berbasis komunitas dan pemagangan pada lapangan
              pekerjaan.
              Keempat, memfasilitasi intervensi bantuan sosial atau pelindungan sosial pada Kelompok /Buruh
              dan  keluarga  miskin  yang  terdampak  Covid-19  yang  memiliki  kerentanan  terhadap  anggota
              keluarga untuk menjadi pekerja anak. Kelima, melakukan supervisi/pemeriksaan ke perusahaan
              yang diduga mempekerjakan anak.
              Keenam, melakukan sosialisasi/penyebarluasan informasi norma kerja anak kepada stake holder.
              Dan  langkah  terakhir,  pencanangan  zona/  kawasan  bebas  pekerja  anak  di  Sumatera  Utara,
              Sumatera Selatan, Kalimantan Timur dan Kalimantan Barat.

              Ida mengakui, saat ini, masih ada anak di Indonesia yang belum memperoleh hak mereka secara
              penuh, terutama bagi anak yang terlahir dari keluarga prasejahtera.

              "Ketidakberdayaan ekonomi orang tua dalam memenuhi kebutuhan keluarga memaksa anak-
              anak terlibat dalam pekerjaan yang membahayakan atau bahkan terjerumus dalam bentuk-betuk
              pekerjaan terburuk untuk anak yang sangat merugikan keselamatan, kesehatan, dan tumbuh
              kembang anak," katanya.


                                                           181
   177   178   179   180   181   182   183   184   185   186   187