Page 248 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 22 OKTOBER 2020
P. 248

bersama  berbagai  stakeholder.  Mengingat  UU  ini  mencakup  11  kluster,  salah  satunya
              ketenagakerjaan,  sesuai  dengan  instruksi  Presiden,  klaster  ketenagakerjaan  dilakukan
              pembahasan tersendiri.

              Menurutnya, hal ini memang harus melibatkan serikat buruh maupun asosiasi pengusaha. Menko
              Perekonomian sebagai pemrakarsa pembentukan UU Cipta Kerja, telah membentuk kelompok
              kerja  yang  terdiri  dari  pengusaha  maupun  serikat  kerja.  Sehingga  substansi  UU  ini  sudah
              melibatkan  berbagai  macam  stakeholder  dan  tidak  ada  hal  yang  disembunyikan  kepada
              stakeholder maupun masyarakat luas.



              BAHAS KLASTER KETENAGAKERJAAN, SERIKAT BURUH DAN PENGUSAHA
              DILIBATKAN

              Widyaiswara  Utama  Kementerian  Hukum  dan  HAM  Nasrudin  mengatakan,  proses  lanjutan
              setelah kajian pembahasan Undang-Undang (UU) Omnibus Law Cipta Kerja adalah pembahasan
              bersama  berbagai  stakeholder.  Mengingat  UU  ini  mencakup  11  kluster,  salah  satunya
              ketenagakerjaan,  sesuai  dengan  instruksi  Presiden,  klaster  ketenagakerjaan  dilakukan
              pembahasan tersendiri.

              Menurutnya, hal ini memang harus melibatkan serikat buruh maupun asosiasi pengusaha. Menko
              Perekonomian sebagai pemrakarsa pembentukan UU Cipta Kerja, telah membentuk kelompok
              kerja  yang  terdiri  dari  pengusaha  maupun  serikat  kerja.  Sehingga  substansi  UU  ini  sudah
              melibatkan  berbagai  macam  stakeholder  dan  tidak  ada  hal  yang  disembunyikan  kepada
              stakeholder maupun masyarakat luas.

              "Terkait isu-isu yang menyatakan perancangan UU ini tidak melibatkan masyarakat, kita bisa
              lihat dari substansi yang disusun dalam UU tersebut. Kita tahu bahwa permasalahan UMKM di
              negara  kita  ini  cukup  banyak,  sehingga  mereka  tidak  bisa  tumbuh  dengan  baik.  Salah  satu
              permasalahannya  adalah  mereka  tidak  bisa  mengakses  perbankan  sehingga  perkembangan
              mereka sangat lambat dan tidak bisa berkembang dengan baik," ujarnya dalam keterangannya,
              Rabu (21/10).

              Tujuan  pembahasan  UU  Cipta  Kerja,  kata  dia,  salah  satunya  untuk  menciptakan  solusi  atas
              permasalahan yang dihadapi UMKM. Dalam UU ini, UMKM bisa mendirikan PT perseorangan,
              dimana  selama  ini  PT  harus  didirikan  oleh  minimal  2  orang  dengan  modal  minimal  50  juta.
              Dengan UU ini, UMKM dimungkinkan untuk membentuk PT perseorangan dan dengan modal
              sesuai dengan kemampuannya.

              "Dengan  UMKM  yang  berbentuk  PT  atau  badan  hokum,  mereka  akan  memiliki  akses  ke
              perbankan untuk mendapatkan pinjaman modal usahanya," tuturnya.

              Selain itu, lanjutnya, UMKM juga bisa langsung berhubungan dengan importir negara tujuan jika
              mereka memiliki barang atau jasa yang bisa diekspor. Sebelumnya, mereka harus menggunakna
              badan humum orang lain untuk bisa melakukan negosiasi ataupun transaksi dengan importir
              yang ada di luar negeri.


              Ia mengatakan, terkait UMKM ada beberapa UU diubah, yakni salah satunya UU tentang jalan
              tol.  Jika  selama  ini  di  rest  area  tidak  ada  atau  sangat  dibatasi  atau  sangat  minim  sekali
              kesempatan bagi UMKM untuk membuka usaha di rest area, maka sekarang akan dialokasikan
              30 persen dari rest area untuk area UMKM.

              "Demikian juga dengan UU penerbangan, UU Kereta Api dan UU Lalu Lintas Jalan maupun UU di
              bidang  pelayaran.  Jadi  dengan  berbagia  macam  upaya  ini,  diharapkan  mampu  memberikan
              kemudahan bagi UMKM untuk mereka mengembangkan usahanya dengan baik," kata Nasruddin.
                                                           247
   243   244   245   246   247   248   249   250   251   252   253