Page 70 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 27 OKTOBER 2020
P. 70

rakyat berpartisipasi secara langsung dalam setiap pengambilan keputusan. Di masa itu negara
              berbentuk negara kota yang penduduknya sedikit dan sederhana. Demokrasi langsung tidak
              bisa diterapkan di negara-bangsa berpenduduk besar dan kompleks.

              Kita kemudian menciptakan demokrasi perwakilan. Rakyat memilih wakil mereka untuk duduk
              di lembaga perwakilan atau parlemen. Rakyat mewakilkan, menitipkan, atau memercayakan
              keterlibatan mereka dalam pengambilan keputusan kepada wakil-wakil yang telah mereka pilih
              itu. Ini yang disebut demokrasi modern. Demokrasi modern ialah demokrasi perwakilan.

              Dalam konteks demokrasi modern publik kiranya telah terlibat dalam pengambilan keputusan
              meski secara tidak langsung. Akan tetapi, dengan berbagai alasan, misalnya ketidakpercayaan
              DPR sungguh-sungguh membawakan aspirasi rakyat, publik menuntut terlibat langsung. Dalam
              Undang-Undang Cipta Kerja buruh kepingin terlibat langsung. Pemerintah, seperti kata Sekjen
              Kemenakertrans, sudah melibatkan serikat pekerja membahas RUU Cipta Kerja.

              Masih  merasa  kurang  terlibat  juga,  para  buruh  melibatkan  diri  dalam  unjuk  rasa  menolak
              Undang-Undang Cipta Kerja. Bukankah unjuk rasa juga bentuk keterlibatan dalam memengaruhi
              pengambilan keputusan? Bila keterlibatan itu gagal memengaruhi keputusan. itu perkara lain.

              Konstitusi juga membuka ruang bagi publik untuk terlibat memengaruhi pengambilan keputusan
              pengesahan undang-undang melalui uji materi ke Mahkamah Konstitusi. Bila uji materi diterima,
              alhamdulillah,  puji  Tuhan.  Bila  uji  materi  ditolak,  konstitusi  mengharuskan  semua  pihak
              menerima karena keputusan MK bersifat final dan mengikat.

              Bila sudah dilibatkan dalam pengambilan keputusan melalui perwakilan di DPR, serikat pekerja,
              unjuk rasa, uji materi ke MK, tetapi merasa tidak dilibatkan, barangkali karena aspirasi atau
              keinginan  tak  tercapai.  Kita  sering  kali  merasa  tidak  dilibatkan,  meski  sesungguhnya  sudah
              dilibatkan, karena aspirasi kita tak kesampaian.

              Supaya  merasa  benar-benar  dilibatkan  dalam  pengambilan  keputusan,  kita  barangkali  perlu
              membentuk majelis warga (Citizen assembfy). Majelis warga mengakomodasi ketidakpercayaan
              rakyat kepada wakil mereka di parlemen. Pew Research Centre menemukan 64% rakyat di 34
              negara tidak percaya pejabat yang mereka pilih peduli dengan keinginan rakyat kebanyakan.
              Majelis warga ialah bentuk demokrasi deliberatif.

              Majelis warga terdiri atas, katakanlah, 100 orang. Mereka dipilih melalui mekanisme pemilihan
              tertentu  untuk  mewakili  gender,  usia,  dan  status  sosial  ekonomi.  Mereka  bertemu  intensif
              membicarakan topik-topik penting, misalnya reformasi ketenagakerjaan danperubahan iklim.
              Mereka  boleh  mengundang  berbagai  kalangan  untuk  mendapat  masukan.  Majelis  warga
              kemudian menghasilkan rekomendasi yang harus dijalankan pemerintah.

              Prancis menyeleksi para anggota Majelis Warga dengan menelepon secara acak 225 ribu warga.
              Mereka  mewakili  gender,  usia,  pendapatan,  dan  tempat  tinggal.  Usia  minimal  untuk  dipilih
              menjadi  anggota  Majelis  Warga  16  tahun  supaya  pelajar  S  MA  bisa  berpartisipasi.  Mereka
              dibayar 86 euro (sekitar Rpl,4 juta) per hari. Berdasarkan survei 70% warga Prancis ingin terlibat
              dalam Majelis Warga.

              Tahun lalu, Presiden Prancis Emmanuel Macron menyelenggarakan konferensi warga tentang
              iklim. Konferensi bertugas menghasilkan rekomendasi pengurangan emisi gas paling tidak 40%
              pada  2030.  Majelis  Warga  yang  beranggotakan  150  partisipan  itu  merekomendasi  dua
              perubahan  konstitusi  untuk  menyelamatkan  lingkungan  dan  keanekaragaman  hayati  serta
              hukuman buat perusak ekologi.

              Majelis Warga Irlandia menghasilkan dua referendum tentang perkawinan sesama jenis dan
              aborsi. Kedua topik itu membuat politisi terbelah di negara yang mendeskripsikan diri sebagai


                                                           69
   65   66   67   68   69   70   71   72   73   74   75