Page 73 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 23 JULI 2021
P. 73
P2TP2A CATAT KASUS PENJUALAN ORANG DI CIANJUR MENINGKAT 100 PERSEN
Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Cianjur, Jawa Barat
mencatat selama 6 bulan terakhir kasus penjualan orang atau "human trafficking" mengalami
kenaikan 100 persen dari enam kasus tahun lalu menjadi 12 kasus, dengan sebagian besar anak
di bawah umur yang menjadi korban, dijual ke tempat hiburan malam.
Ketua Harian P2TP2A Cianjur Lidya Indayani Umar, di Cianjur Kamis, mengatakan kenaikan kasus
terjadi akibat kurangnya ekonomi keluarga selama pandemi, sehingga banyak orangtua yang
membiarkan anak mereka bekerja di luar pengawasan, membuat anak perempuan di bawah
umur rentan menjadi korban "human trafficking".
"Selama pandemi membuat orangtua yang SDM-nya kurang, membiarkan anak perempuannya
untuk membantu ekonomi keluarga, namun mereka tidak tahu dimana anak mereka bekerja,
meski usia mereka rata-rata masih di bawah umur berkisar antara 15 tahun sampai 17 tahun,"
katanya lagi.
Mereka yang menjadi korban, biasanya diiming-imingi gaji besar dan bekerja di bidang informal
seperti karyawan di toko, rumah makan dan beberapa tempat lainnya, sehingga korban tertarik
karena berniat untuk membantu ekonomi keluarga.
Namun setelah mereka terjaring, pelaku yang merupakan sindikat penjualan orang, mengirim
korban ke luar pulau seperti yang ditangani pihaknya saat ini, beberapa orang remaja asal
Cianjur dijadikan pekerja seks dan pemandu lagu tempat karaoke di NTT dan NTB.
"Korban trafficking asal Cianjur yang dipekerjakan di NTT sebagai pemandu lagu, segera kami
pulangkan. Sedangkan belasan orang korban lainnya di NTB masih dalam proses pemulangan,
setelah kami berkoordinasi dengan berbagai pihak," katanya pula.
Minimnya pengetahuan dan pengawasan orang tua serta ekonomi yang sulit, membuat mereka
dengan mudah tergiur janji manis pelaku saat menawarkan berbagai pekerjaan, namun setelah
sampai ke lokasi yang dituju, banyak korban yang berhasil melarikan diri.
"Sehingga banyak orangtua yang mengizinkan anaknya untuk bekerja di luar kota atau luar pulau
karena uang yang dijanjikan dapat membantu ekonomi keluarga. Namun setelah tahu, mereka
melaporkan hal tersebut ke kami," katanya.
Selama pandemi, pihaknya kesulitan untuk menggencarkan sosialisasi terkait "human trafficking"
ke berbagai kalangan secara langsung, karena melalui media sosial masih belum bisa
menjangkau hingga ke pelosok terutama wilayah selatan. Namun pihaknya tetap mengimbau
orangtua di Cianjur, untuk tetap mengawasi kegiatan anak perempuan mereka saat berada di
luar rumah.
72