Page 35 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 APRIL 2021
P. 35
Peran perempuan sangat penting dan krusial, selain sebagai motor penggerak ekonomi lokal
maupun nasional, sebagai pendukung proses distribusi, dapat pula menjadi ujung tombak proses
pembuatan barang setengah jadi atau barang mentah menjadi barang yang layak jual dengan
nilai ekonomis tinggi. Karena itu, Kemnaker terus mendorong tenaga kerja perempuan Indonesia
untuk menjfa3F wirausaha mandiri melalui program pemberdayaan tenaga kerja perempuan.
Salah satunya dengan bantuan program tenaga kerja mandiri untuk kelompok perempuan.
Dengan mendorong perempuan berwirausaha, tentu akan meningkatkan kreativitas kaum
perempuan dan akan menggerakkan industri kecil.
Selain itu, dalam memberikan pelindungan terhadap pekerja perempuan, Kemnaker telah
melaksanakan tiga aspek kebijakan. Pertama, kebijakan protektif,yaitu memberi perlindungan
bagi pekerja perempuan terkait fungsi reproduksi.Jfe-drn, kebijakan kuratif, yaitu larangan
melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) bagi pekerja perempuan karena menikah, hamil
atau melahirkan. Ketiga, kebijakan nondiskrimi-natif, yaitu memberi
perlindungan bagi pekerja perempuan terhadap praktik diskriminasi dan ketidakadilan gender
dalam semua aspek di tempat kerja..
Tantangan perempuan Indonesia saat ini adalah mendorong dan mewujudkan peng-
arusutamaan gender di berbagai lini sektor kehidupan. Saat ini kita masih dihadapkan dengan
ketimpangan yang membuat perempuan belum maksimal berkiprah di dunia kerja. Berdasarkan
data Badan Pusat Statistik (BPS), Agustus 2020, tingkat partisipasi angkatan kerja perempuan
hanya 53,13%.
Angka tersebut masih di bawah tingkat partisipasi angkatan kerja laki-laki yang mencapai
82,41%. Bukan hanya itu, angkatan kerja perempuan berpendidikan SD ke bawah jumlahpya
lebih besar dibanding laki-laki. Data BPS Agustus 2020 juga menunjuk-kanbahwarata-
rataupahburuh perempuan untuk semua jenjang pendidikan masih berada cukup jauh di bawah
buruh laki-laki yang kembali menunjuk-kanadanyaketimpangan.
Data tersebut menunjukkan bahwa kita masih memiliki banyak hambatan dalam hal
pemberdayaan perempuan di sektor ketenagakerjaan. Hambatanini disebabkan oleh banyak hal,
dari beban ganda, stereotipe dan seksisme di dalam masyarakat, diskriminasi berbasis gender,
hingga pelecehan seksual.
Di sini kita kembali teringat perjuangan Ibu Kartini yang mendobrak tradisi patriarki di dunia
pendidikan. Kembali mengingat pentingnya semangat belajar, memperluas ilmu, meningkatkan
keterampilan kapasitas diri. Sebab perempuan harus mempunyai mental yang tangguh, tidak
mudah menyerah dalam menghadapi tantangan sesuai zamannya.
Bagi saya, Kartini di masakini adalah perempuan yang menjadi guru sekaligus juru masak bagi
anak-anaknya. Mereka yang menjadi garda terdepan pelayanan di rumah sakit. Perempuan yang
menginisiasi penggalangan donasi dari masyarakat, manajer yang optimistis memimpin tim
kerjanya untuk keluar dari krisis, direktris yang membayar upah para pegawainya secara layak
dan para perempuan yang berprestasi di dunia kerja, tanpa kehilangan naluri1-nya sebagai
seorangibu.
Perempuan Indonesia harus mempunyaisemangatdanopti-misme dalam meningkatkan kapasitas
diri sehingga mampu bersaing danberkiprah di dunia kerja. Dengan begitu, akan menjadi ladang
untuk terus berbuat kebaikan dan berjuang demikesetaraanyangideal.
34