Page 39 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 21 APRIL 2021
P. 39
Semangat bangkit dan tak mudah menyerah juga tergambar dari Bupati Karawang Cellica
Nurrachadiana. Cellica adalah penyintas Covid-19. Dengan begitu dia bisa merasakan betul
bagaimana perjuangan beratnya untuk bisa kembali sehat dan berkiprah agar lebih berdaya di
tengah situasi yang sulit seperti sekarang.
Bertolak dari pengalamannya itu, dia bertekad keras Karawang harus segera aman dari
persebaran Covid. Kini Karawang pun juga sudah terbebas dari zona merah Covid.
Posisi Strategis Dalam pandangan psikolog Herly Novita Sari, perempuan memiliki posisi strategis
di dua ranah yaitu ranah domestik dan ranah publik. Mereka dapat maksimalkan peran di ranah
dengan melihat prioritas dan kesanggupan pribadi serta support system yang tersedia.
Urutan prioritas peran bagi setiap perempuan yang sudah menikah ialah sebagai istri, sebagai
ibu, diri pribadi termasuk menjadi anak dan sebagai makhluk sosial.
"Prioritas tersebut memang tidak ada aturan baku kecuali untuk para perempuan muslim. Ada
ketentuan khusus untuk tetap memprioritaskan peran sebagai istri sebelum peran lainnya," jelas
psikolog dari Biro Psikologi Rumah Cinta Bogor ini.
Perempuan pun bisa menjadi makhluk serba bisa (multitasking). Namun kondisi ini, bukan berarti
tanpa batasan. Dia mengingatkan, perempuan untuk tetap bisa mengenali kelebihan dan
kekurangan diri sehingga dapat mengatur hal-hal apa yang dapat dilakukan dan yang tidak atau
ditunda terlebih dahulu.
Herly yakin setiap diri perempuan Indonesia ingin seperti RA Kartini. Maka, sebaiknya perempuan
Indonesia dapat menerjemahkan perjuangan Kartini dengan mengambil semangat untuk tidak
berhenti belajar.
"Karena belajar itu tidak hanya menjadi hak dan kewajiban laki-laki. Selama manusia itu masih
memiliki napas, maka dia berhak dan wajib terus menerus mencari ilmu. Ilmu disini tidak hanya
sebatas bangku sekolah, namun keilmuan secara lebih luas lagi," sambung Herly.
Dia juga yakin kini perempuan Indonesia lebih percaya diri untuk dapat berkarir di ranah publik
untuk membantu mencari nafkah maupun melakukan aktivitas sosial. Satu hal, apapun dapat
dilakukan oleh perempuan meskipun telah menjadi ibu asalkan tidak melepaskan diri untuk
menjadi sekolah pertama bagi anaknya.
Sosiolog dari Universitas Mercubuana Irfan Aulia menilai, semangat Kartini bagi perempuan
Indonesia ialah bukan hanya semata-mata dapat berkarir di luar rumah saat sudah menjadi ibu.
Namun, bagaimana perempuan tidak berhenti belajar, menambah ilmu pengetahuan saat peran
apapun yang sedang dijalaninya.
Ketika sudah berilmu perempuan bebas menentukan apa yang diinginkannya. Dengan
kepintarannya juga, seorang perempuan mampu mendidik anak-anaknya.
Tidak lupa juga bagi perempuan untuk tetap menjaga nilai Indonesia. "Misalnya sehebat apapun,
setinggi jabatan perempuan di luar rumah. Dia harus patuh dan menghormati suaminya. Tidak
perlu malu akan hal itu, itulah nilai budaya Indonesia," jelasnya.
(ynt).
38