Page 138 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 DESEMBER 2020
P. 138

DINASKERTRANS: BELUM ADA LAPORAN EKSPLOITASI PEREMPUAN DI KEBUN
              SAWIT
              Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kalimantan Barat (Kalbar) menegaskan hingga saat ini
              tak ada pengaduan yang masuk berkaitan dengan eksploitasi pekerja perempuan khususnya di
              sektor  perkebunan  kelapa  sawit  di  provinsi itu  "Sejauh  yang  kami  deteksi,  memang  banyak
              pekerja perempuan di perkebunan sawit, namun laporan adanya eksploitasi itu belum ada," kata
              Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi Kalimantan Barat (Kalbar) Manto di Pontianak,
              Senin. Ia menambahkan dari pemantauannya hak-hak pekerja, khususnya pekerja perempuan
              di perkebunan sawit masih berjalan sebagaimana mestinya. Sejauh ini, perusahaan sawit telah
              memberikan hak-hak mereka, terutama hak cuti bagi pekerja perempuan.

              "Tetap mereka dari perusahaan patuhi, kalau sudah masanya untuk melahirkan, mereka berikan
              cuti," tutur dia.

              Namun begitu, lanjut dia, pihaknya terus membuka keran pengaduan bagi setiap pekerja yang
              menghadapi persoalan ketenagakerjaan dengan perusahaan, termasuk bagi pekerja perempuan.
              Pengaduan,  kata  dia,  bisa  dilakukan  di  Dinas  Ketenagakerjaan  dan  Transmigrasi  di  tingkat
              kabupaten/kota. Provinsi, kata dia, juga menerima pengaduan, termasuk via sosial media. "Akan
              kami resopon setiap pengaduan, lalu akan kami tugaskan petugas kami di lapangan," jelas dia.

              Sebelumnya, Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) menampik tuduhan adanya
              eksploitasi terhadap wanita di perkebunan kelapa sawit. Ketua Bidang Ketenagakerjaan GAPKI,
              Sumarjono  Saragih,  mengatakan,  perusahaan  sawit  di  Indonesia,  terutama  yang  menjadi
              anggota  GAPKI,  tidak  mungkin  melakukan  praktik  ketenagakerjaan  yang  melanggar  Undang
              Undang dan prinsip serta kriteria di dalam Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO).

              "GAPKI  memastikan  industri  sawit  Indonesia  sudah  mampu  menciptakan  iklim  kerja  yang
              kondusif dan layak bagi para pekerjanya," tutur dia.

              Dikatakan dia, GAPKI telah bekerjasama dengan ILO (Organisasi PBB untuk urusan Pekerja) dan
              sejumlah LSM internasional untuk membangun sistem ketenagakerjaan yang layak di sektor yang
              menjadi  andalan  Indonesia  ini.  Menurutnya,  perusahaan-perusahaan  anggota  GAPKI  tunduk
              dengan semua peraturan sesuai UU Ketenagakerjaan. Bahkan, GAPKI menargetkan sampai akhir
              2020 ini, semua anggota GAPKI telah bersertifikasi ISPO.

              "Kalau sudah ISPO, kan  sudah tidak ada lagi isu isu terkait tenaga kerja. Karena kalau ada
              pelanggaran, tidak mungkin mendapatkan sertifikat SPQ," katanya.

              Dia meyakini, viralnya berita mengenai eksploitasi pekerja wanita di perkebunan sawit ini adalah
              bagian dari perang dagang dalam pasar minyak nabati dunia. Ketika berbagai komoditas minyak
              nabati non sawit tidak bisa lagi bersaing dengan minyak sawit, negara negara maju melakukan
              kampanye negatif untuk merusak reputasi. "Harapan mereka bisa memutus rantai pasok dari sisi
              pembeli minyak sawit dan juga pelanggan dengan memviralkan isu isu negatif," katanya.

              Padahal, lanjut dia, di tengah pandemik COVID-19, sektor minyak sawit memberikan sumbangan
              devisa  ekspor  sebesar  15  miliar  USD  hingga  September  tahun  2020.  Sumbangan  sawit  ini
              memastikan neraca perdagangan Indonesia pada periode tersebut surplus. Di sisi lain, melalui
              kolaborasi  multi  pihak  baik  lembaga  pemerintah  maupun  organisasi  internasional  di  bidang
              ketenagakerjaan,  tambah  dia,  GAPKI  melakukan  upaya  berkelanjutan  untuk  peningkatan,
              perbaikan, promosi dan implementasi semua aspek yang terangkum dalam kerja layak.

              "Ada enam agenda yang menjadi perhatian GAPKI dengan mitra kerjanya, status pekerjaan,
              dialog  sosial,  perlindungan  anak  dan  pekerja  perempuan,  pengupahan,  keselamatan  dan
              kesehatan kerja, dan mendorong pengawasan oleh pemerintah," kata dia.


                                                           137
   133   134   135   136   137   138   139   140   141   142   143