Page 34 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 8 DESEMBER 2020
P. 34

Ringkasan

              Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) melakukan perbaikan tata kelola penempatan dan
              perlindungan pekerja migran Indonesia (PMI). Perbaikan tata kelola tersebut dilakukan dari sisi
              regulasi, program, dan upaya penempatan PMI di luar negeri.



              JURUS KEMNAKER PERBAIKI TATA KELOLA PENEMPATAN PEKERJA MIGRAN

              Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) melakukan perbaikan tata kelola penempatan dan
              perlindungan pekerja migran Indonesia (PMI). Perbaikan tata kelola tersebut dilakukan dari sisi
              regulasi, program, dan upaya penempatan PMI di luar negeri.

              "Saat ini, kita memiliki regulasi yang baik dalam penempatan dan perlindungan PMI, yaitu UU
              Nomor 18 Tahun 2017. UU ini tentu harus didukung dengan program dan upaya yang baik, agar
              UU  ini  dapat  diimplementasikan  dengan  baik,"  kata  Staf  Ahli  Menaker  Bidang  Ekonomi  dan
              Sumber Daya Manusia (ESDM), Aris Wahyudi dalam keterangan tertulis, Senin (7/12/2020).

              Hal tersebut dikemukakannya saat membuka Workshop "Penguatan Tata Kelola Penempatan
              Pekerja Migran Indonesia (PMI) melalui Optimalisasi Peran Pejabat Fungsional Pengantar Kerja,
              Pejabat Struktural Bidang Penempatan dan Petugas Desmigratif" di Kota Yogyakarta, Provinsi
              DIY, Senin Aris menyebut UU Nomor 18 Tahun 2017 sebagai regulasi yang baik karena UU ini
              memiliki cita-cita agar PMI beserta keluarganya benar-benar dapat terlindungi, baik pada masa
              sebelum bekerja, selama bekerja, dan setelah bekerja.

              Sedangkan  dari  sisi  program  dan  kebijakan,  Aris  menyebut  dalam  beberapa  tahun  terakhir,
              Kemnaker telah membuat sejumlah upaya perbaikan tata kelola penempatan dan perlindungan
              PMI. Di antaranya adalah program kerja sama luar negeri, Layanan Terpadu Satu Atap (LTSA),
              Desa Migran Produktif (Desmigratif), dan pembentukan Satgas Pencegahan PMI Nonprosedural.

              "Perlindungan PMI itu dari hulu sampai hilir, dari kampung halaman hingga pulang kembali ke
              kampung  halaman.  Untuk  itu,  program  dan  kebijakan  ini  harus  bisa  melibatkan  semua
              stakeholder," jelasnya.

              Sementara itu, Direktur Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Luar Negeri, Eva Trisiana
              mengatakan Kemnaker telah melakukan evaluasi internal dan masih menunggu hasil evaluasi
              terhadap program Desmigratif. Adapun yang menjadi bahan evaluasi adalah perbandingan desa
              yang memiliki intervensi Desmigratif maupun desa tanpa intervensi Desmigratif terkait tata kelola
              penempatan dan perlindungan PMI.

              "Meski belum komprehensif, dari evaluasi awal, terlihat dua pilar Desmigratif cukup dilakukan
              secara baik, yakni pilar layanan imigrasi dan usaha produktif. Untuk community parenting dan
              koperasi  ini  perlu  peningkatan  karena  di  beberapa  tempat  ada  yang  belum  tersentuh  pilar
              tersebut," ujar Eva.

              Eva mengungkapkan sebagai upaya perlindungan pekerja migran dan keluarganya Kemnaker
              telah membangun Desmigratif sejak tahun 2016 hingga tahun 2019, sebanyak 402 Desmigratif
              telah terbangun. Namun mengingat adanya pelaksanaan evaluasi sepanjang tahun 2020, maka
              untuk tahun ini belum ada lagi penambahan desa.

              "Jangan  sampai  Desmigratif  yang  sudah  diluncurkan  sejak  2016,  ada  hal-hal  yang  perlu
              diperbaiki tapi didiamkan. Kita evaluasi dulu, baru ke depan lakukan lagi dengan langkah-langkah
              perbaikan merujuk pada hasil hasil evaluasi tersebut," kata Eva.




                                                           33
   29   30   31   32   33   34   35   36   37   38   39