Page 196 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 19 JANUARI 2021
P. 196
Ya, sepanjang 2020, penerimaan iuran ( unaudited ) BPJAMSOSTEK berhasil dibukukan sebesar
Rp73,31 triliun, walaupun terdapat implementasi PP 49 Tahun 2020 tentang relaksasi iuran
Program JKK, JK sebesar 99% dan penangguhan Program JP sebesar 99%.
Iuran tersebut ditambah pengelolaan investasi berkontribusi pada peningkatan dana kelolaan
mencapai Rp486,38 triliun pada akhir Desember 2020.
PESERTA BPJS KETENAGAKERJAAN TETAP DAPAT IMBAL HASIL DI ATAS DEPOSITO
BPJS Ketenagakerjaan (BPJAMSOSTEK) tetap mencatatkan hasil positif pada kinerja institusi
sepanjang 2020 di bidang investasi, kepesertaan, dan pelayanan, meski tahun lalu menjadi tahun
yang berat karena efek pandemi Covid-19. Antara lain kinerja pada bidang investasi,
kepesertaan, dan pelayanan.
Ya, sepanjang 2020, penerimaan iuran ( unaudited ) BPJAMSOSTEK berhasil dibukukan sebesar
Rp73,31 triliun, walaupun terdapat implementasi PP 49 Tahun 2020 tentang relaksasi iuran
Program JKK, JK sebesar 99% dan penangguhan Program JP sebesar 99%.
Iuran tersebut ditambah pengelolaan investasi berkontribusi pada peningkatan dana kelolaan
mencapai Rp486,38 triliun pada akhir Desember 2020.
Selain itu, BPJAMSOSTEK juga mencatatkan hasil investasi sebesar Rp32,30 triliun, dengan Yield
on Investment (YOI) yang didapat sebesar 7,38%. Dana dan hasil investasi tersebut mengalami
pertumbuhan masing masing sebesar 12,59% dan 10,85% dibandingkan akhir 2019.
Agus mengutarakan investasi BPJAMSOSTEK dilaksanakan berdasarkan PP No. 99 Tahun 2013
dan PP No. 55 Tahun 2015 yang mengatur jenis instrumen-instrumen investasi yang
diperbolehkan berikut dengan batasan-batasannya.
Ada juga Peraturan OJK No. 1 tahun 2016 yang juga mengharuskan penempatan pada Surat
Berharga Negara sebesar minimal 50%.
"Untuk alokasi dana investasi, BPJAMSOSTEK menempatkan sebesar 64% pada surat utang,
17% saham, 10% deposito, 8% reksadana, dan investasi langsung sebesar 1%", tuturnya.
Selama masa pandemi, pengelolaan dana investasi mendapatkan tantangan yang cukup berat,
mengingat dampak pandemi Covid-19 dirasakan oleh seluruh bidang usaha di dalam negeri.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang pada awal tahun 2020 dibuka melemah, bahkan
sempat terseok ke level 3900-an pasca ditetapkannya Covid-19 sebagai pandemi global.
"Kondisi pandemi termasuk pasar investasi global dan regional tentunya memiliki pengaruh pada
hasil investasi yang diraih oleh industri jasa keuangan pada tahun 2020. Tapi kami telah
mengalihkan mayoritas portofolio pada instrumen fixed income hingga mencapai 74% dari total
portofolio, sehingga tidak berpengaruh langsung dengan fluktuasi IHSG," ujarDirektur Utama
BPJS Ketenagakerjaan atau BP Jamsostek Agus Susanto.
Agus mencontohkan pada investasi saham, mayoritas penempatan atau 98% penempatan dana
dilakukan pada saham kategori Blue Chip atau LQ45. Meski demikian, penempatan pada saham
non LQ45 juga tetap dilakukan dengan menerapkan protokol investasi yang ketat. Jumlah saham
non LQ45 tersebut hanya sekitar 2% besarannya dari total portofolio saham BPJAMSOSTEK.
"Untuk saham, BPJAMSOSTEK hanya berinvestasi pada emiten BUMN, emiten dengan saham
yang mudah diperjualbelikan, berkapitalisasi besar, memiliki likuiditas yang baik dan memberikan
deviden secara periodik. Tentunya faktor analisa fundamental dan review risiko menjadi
195