Page 102 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 26 JANUARI 2021
P. 102
INDONESIA BISA NIKMATI BONUS DEMOGRAFI, ASALKAN.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Rosan Perkasa Roeslani optimistis Indonesia akan memperoleh
manfaat maksimal dari bonus demografi, asalkan pertumbuhan ekonomi mencapai 7% per tahun
dengan pendapatan per kapita US$ 12 ribu.
"Apalagi Indonesia memiliki jumlah angkatan kerja usia muda yang besar, yang dapat menjadi
peluang untuk mencetak SDM berdaya saing, berkompeten, dan terampil," ujar Rosan kepada
Investor Daily di Jakarta, Minggu (24/1).
Badan Pusat Statistik (BPS) mengelompokkan populasi dalam enam generasi, yaitu Post Gen Z,
Gen Z, Milenial, Generasi X (Gen X), Baby Boomer, dan Pre - Boomer.
Post Gen Z lahir pada 2013 dan seterusnya (kini berusia maksimal 7 tahun). Sedangkan Gen Z
lahir pada 1997-2012 (saat ini berusia 8-23 tahun), Milenial lahir pada 1981-1996 (24-39 tahun),
Gen X lahir pada 1965-1980 (40-55 tahun), Baby Boomer lahir pada 1946-1964 (56-74 tahun),
dan Pre - Boomer lahir sebelum 1945 (75 tahun ke atas).
Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 2020 (SP2020), Gen Z dan Milenial mendominasi penduduk
Indonesia yang per September 2020 mencapai 270,20 juta jiwa. Gen Z berjumlah 74,93 juta
atau 27,94% terhadap total penduduk, Milenial 69,38 juta (25,87%), Gen X 58,65 juta (21,88%),
Baby Boomer 31,01 juta (11,56%), Post Gen Z 29,17 juta (10,88%), dan Pre - Boomer 5,03 juta
(1,87%).
Data BPS menunjukkan, proporsi penduduk usia produktif pada 2020 mencapai 70,72% dari
populasi dibanding 53,39% pada 1971. Berarti Indonesia sedang menikmati bonus demografi,
yaitu potensi pertumbuhan ekonomi yang tercipta akibat perubahan struktur usia penduduk, di
mana proporsi usia kerja (15-64 tahun) lebih besar dari bukan usia kerja (0-14 tahun dan di atas
64 tahun). Bonus demokrasi diperkirakan mencapai puncaknya pada 2040-2050.
Tumbuh 7% Rosan Roeslani menjelaskan, mengoptimalkan pemanfaatan bonus demografi
sangat bergantung pada seberapa besar angka pertumbuhan ekonomi setiap tahunnya.
Idealnya, untuk menikmati bonus demograsi, ekonomi harus tumbuh rata-rata 7% dan
pendapatan per kapita US$ 12.000 per tahun.
Tingkat pertumbuhan itu sekaligus juga menjadi syarat bagi negeri ini untuk keluar dari middle
income trap. "Pendapatan per kapita kita sekarang baru sekitar US$ 4.000 per tahun.
Nah, untuk mencapai US$ 12.000 per tahun, orang harus bekerja," katanya.
Di sisi lain, menurut dia, pemerintah harus menciptakan lapangan pekerjaan agar kelak tidak
menjadi beban demografi. "Lapangan kerja yang diciptakan harus mempunyai dampak ekonomi
besar, penyerapan tenaga kerja tinggi, berkesinambungan, berkelanjutan, dan berdaya saing,"
jelas dia.
Selain ketersediaan lapangan kerja, kemampuan SDM harus meningkat dan bertumbuh.
"Kuncinya pendidikan vokasi. Memang kalau melihat hanya magang semata, tidak bisa.
Pengertian dan pemahaman mengenai pendidikan vokasi masih berbeda di kalangan
pemerintah. Padahal, pendidikan vokasi itu idealnya sesuai yang diterapkan di negara lain seperti
Jerman dan Korsel. Vokasi menjadi ujung tombak. Itu sangat berhasil," tegas Rosan.
Editor : Abdul Aziz (abdul_aziz@investor.co.id).
101