Page 196 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 9 JULI 2021
P. 196
Penurunan itu terjadi di lima tujuan utama pekerja migran Indonesia seperti Hong Kong, Taiwan,
Malaysia, Singapura, dan Saudi Arabia. Malaysia yang turun paling dalam. Pada 2018, jumlah
pekerja migran di Negeri Jiran itu masih 90.664 orang, tapi pada tahun lalu tinggal 14.630 orang
atau turun 84 persen.
Namun, ternyata masih ada juga negara yang menerima pekerja migran Indonesia lebih banyak
selama Pandemi, meskipun jumlahnya tidak besar. Dua negara masuk ketegori itu, yakni
Polandia dan Jepang. Di Polandia pada tahun lalu ada 798 pekerja migran Indonesia. Pada 2018
masih 102 orang.
Penurunan jumlah pekerja migran ini mengakibatkan pendapatan remitansi Indonesia pada 2020
turun cukup dalam. Penurunan jumlah remitansi pada 2020 itu mencapai 17,6 persen
dibandingkan tahun sebelumnya, yakni menjadi sekitar AS$9,43 miliar atau setara dengan Rp29
triliun.
Anis Hidayah dari Migran Care--lembaga yang konsen pada aktivitas dan isu perlindungan buruh
migran--memaklumi penurunan itu. Namun, dia lebih menyoroti masalah perlindungan pekerja
migran. Menurut Anis, pemerintah kurang antisipatif dalam kasus pemulangan puluhan ribu
pekerja migran dari Malaysia sejak Maret 2020.
"Pemerintah menunda-nunda pemulangan pekerja migran yang sudah ada. Sebelum Malaysia
lockdown, sudah banyak pekerja migran yang dideportasi dan dipenjara, tapi karena ditunda
akhirnya tambah numpuk saat korona melanda Malaysia," kata Anis kepada Lokadata.id
(5/7/2021).
Menurut Anis, banyak di antara mereka mendapatkan perlakuan buruk, bahkan ketika sudah
kembali ke Tanah Air. Mereka dituding membawa korona dari negara asalnya meski sudah
melalui tes kesehatan dan karantina yang ketat. "Pemerintah selama pandemi juga tak punya
skema penyaluran bantuan sosial untuk mereka," ujarnya.
Sebutan bahwa para pekerja migran sebagai pahlawan devisa isinya ternyata kosong belaka.
195

