Page 151 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 SEPTEMBER 2020
P. 151

"Alhamdulillah, dari seluruh pasal mungkin kalau saya persentasekan sudah 95% telah disepakati
              di tingkat panja, hanya beberapa ada materi  pending  . Insya Allah akan kita selesaikan dan
              mudah-mudahan besok kita bisa masuk ke klaster yang terakhir bab 4 tentang ketenagakerjaan,"
              kata Supratman dalam diskusi virtual yang ditayangkan live streaming Youtube ILUNI UI, Kamis
              (24/9). Supratman mengatakan, poin-poin yang telah dibahas diantaranya terkait konsepsi dasar
              kerangka pola pemanfaatan ruang yang selama ini dinilai terdapat persinggungan antar sektor.
              Kemudian, terkait izin lingkungan. Ia mengatakan, izin lingkungan tidak dihapus karena adanya
              perizinan berbasis risiko (  risk based approach  ).
              Selain  itu,  adanya  kebijakan  afirmasi  bagi  usaha  mikro  dan  kecil.  Serta  soal  kewenangan
              pemerintah daerah. Ia menyebut, dalam rancangan UU  omnibus law,  kewenangan pemerintah
              daerah  di rancangannya itu ditarik ke pemerintah pusat. Namun, akhirnya disepakati bahwa
              sesuai pasal 18A UUD 1945, kewenangan itu sifatnya atributif dan itu melekat.

              "Oleh karena itu kita kembalikan seluruh kewenangan-kewenangan pemerintah daerah," ujar
              Supratman.

              Staf Ahli Bidang Regulasi, Penegakan Hukum, dan Ketahanan Ekonomi, Kementerian Koordinator
              Bidang  Perekonomian,  Elen  Setiadi  mengatakan,  RUU  Cipta  Kerja  diharapkan  ke  depan  bisa
              menjadi transformasi ekonomi Indonesia.

              Kata Elen, terdapat beberapa hal yang telah dibahas. Seperti integrasi tata ruang baik baik di
              darat,  laut,  termasuk  kawasan  hutan.  RUU  Cipta  Kerja  akan  mendorong  percepatan  RDTR
              (rencana detail tata ruang) dalam bentuk digital.

              Kemudian, terkait persetujuan lingkungan, Elen menyebut, tidak dihilangkannya analisa dampak
              lingkungan (amdal). Akan tetapi hanya menyederhanakan proses tanpa menghilangkan esensi
              perlindungan terhadap daya dukung lingkungan dan lingkuangan hidup itu sendiri.

              Ia juga mengatakan, adanya perizinan berbasis risiko (  risk based approach  ). Yakni perizinan
              yang  dikategorikan  berdasarkan  risikonya.  Elen  menyebut,  yang  perlu  izin  adalah  perizinan
              berusaha berbasis risiko tinggi. Jika risikonya resikonya menengah atau menengah tinggi adalah
              dengan pemenuhan standar.


              Sedangkan  untuk  risiko  rendah  seperti  UMK  cukup  dengan  pendaftaran  melalui  OSS  (online
              single submission). Dengan demikian sudah teregister dan mendapatkan semacam lisensi atau
              perizinan dari pemerintah pusat.

              Elen mengatakaan, RUU Cipta Kerja memperhatikan UMKM dan korperasi. Telah disepakati untuk
              memberikan  kemudahan,  perlindungan  dan  pemberdayaan  dalam  bentuk  afirmatif  dan
              dukungan serta adanya semacam kemitraan dengan badan usaha besar,  Selanjutnya, terkait
              pencabutan peraturan daerah (perda). Elen bilang, proses pencabutan perda tetap menghormati
              putusan  Mahkamah  Konstitusi  (MK).  Ke  depannya,  untuk  mengatur  pengaturan,  pemerintah
              pusat melakukan penyelarasan dan sinkronisasi.

              "Jadi  usulan  yang  disampaikan  pemerintah  kepada  DPR  pada  Februari  lalu  sudah  disepakati
              pencabutan perda itu tetap mengikuti mekanisme di dalam putusan MK. Jadi tidak dibatalkan
              oleh presiden tapi mengkuti mekanisme yang ada," ucap dia.

              Ketua  Umum  Kamar  dagang  dan  Industri  (Kadin)  Indonesia,  Rosan  P  Roeslani  mengatakan,
              banyaknya  aturan dan regulasi saat ini membuat investasi terkendala. Ia menilai banyaknya
              regulasi yang tumpang tindih dan harus segera disempurnakan.

              "Jadi  ini  akan  dipangkas,  disederhanakan,  diseleraskan  sehingga  ini  akan  membuat  iklim
              investasi kita akan menjadi lebih baik harapannya. Kita lihat memang cukup banyak ya aturan
              regulasi di Indonesia pada saat ini," kata Rosan.
                                                           150
   146   147   148   149   150   151   152   153   154   155   156