Page 79 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 25 SEPTEMBER 2020
P. 79

"Saya  juga  mengucapkan  terima  kasih  kepada  tim  pemerintah  bahwa  pemerintah  mau
              mendengar aspirasi dan termasuk masukan-masukan dari panja terkait beberapa materi muatan
              di  dalam  rancangan  undang-undang  yang  awalnya  tidak  sesuai  dan  tidak  selaras  dengan
              ketentuan di dalam UU Dasar," kata Politikus Partai Gerindra ini.

              Senada  dengan  Supratman,  Staf  Ahli  I  Kementerian  Koordinator  Bidang  Perekonomian  Elen
              Setiadi  menyatakan  Pemerintah  dan  tim  panja  DPR  RI  telah  menyepakati  beberapa  poin
              substansi dari  RUU Cipta Kerja  . Elen menjelaskan ada 15 substansi  RUU Cipta Kerja  yang
              telah disepakati.

              Berikut perinciannya:

              1. Kesesuaian Tata Ruang  Kesesuaian tata ruang tersebut menyangkut tata ruang di darat dan
              luat, termasuk kawasan hutan. Menurut Elen, tata ruang menjadi salah satu hambatan ketika
              para investor memulai untuk menetapkan atau menentukan suatu lokasi.

              "Tata ruangnya masih belum mencukupi atau memadai, termasuk RDTR (Rencana Detail Tata
              Ruang)," jelas Elen.

              Oleh karen itu RDTR di dalam  RUU Cipta Kerja  didorong untuk dilakukan percepatan RDTR
              dalam bentuk digital. RDTR ini sebagai acuan perizinan berusaha (kesesuaian tata ruang).

              "Sehingga diharapkan bisa memudahkan pelaku usaha, terutama UMKM untuk memulai starting
              bisnis dan menentukanlokasi sesuai kegiatan usahanya," kata Elen.
              2.  AMDAL  Tidak  Dihilangkan    Dalam  draft  pertama  kali  yang  diajukan  oleh  pemerintah,
              pemerintah ingin Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) dihilangkan, akhirnya tidak
              jadi dihilangkan.

              Elen  menjelaskan  mengenai  persetujuan  lingkungan  tidak  dihilangkan,  dan  AMDAL  akhirnya
              disepakati  untuk  hanya  menyederhanakan  bisnis  proses,  tanpa  menghilangkan  esensi
              perlindungan ke daya dukung lingkungan, dan lingkungan hidup itu sendiri.

              "Pengintegrasian perizinan lingkungan ke dalam perizinan berusaha. AMDAL tetap ada untuk
              kegiatan risiko tinggi," jelas Elen.

              3. Persetujuan Bangunan Gedung dan Sertifikat Laik Fungsi (SLF)  Elen menjelaskan mengenai
              SLF,  pemerintah  akan  menerapkan  persetujuan  pembangunan  gedung,  dengan  menerapkan
              standar dan sertifikat layak fungsi.

              "Akan  ada  guidance  yang  disiapkan  Kementerian  PUPR  mengenai  sertifikasi  dan  standar
              bangunan yang harus disiapkan masyarakat. Terutama risiko rendah untuk bangunan sederhana,
              tentu tinggal mengambil standar yang telah disiapkan," tutur Elen.

              4. Penerapan Perizinan Berbasis Risiko (Risk Based Approach)  Perizinan berusaha, kata Elen,
              akan didasarkan atas risiko rendah, menengah, dan tinggi. Risiko rendah denganpendaftaran,
              risiko menengah dengan pemenuhan standar, dan risiko tinggi dengan izin.

              "Kalau yang risikonya rendah seperti UMK cukup pendafararan melalui sistem OSS (Online Single
              Subbmission), akan teregister dan mendapatkan semacam perizinan dari pemerintah pusat,"
              tuturnya.
              5. UMKM dan Koperasi Lewat  RUU Cipta Kerja  .

              Elen  mengklaim  UMKM  dan  Koperasi  akan  mendapatkan  kemudahan,  perlindungan,  dan
              pemberdayaan.


                                                           78
   74   75   76   77   78   79   80   81   82   83   84