Page 24 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 4 Februari 2021
P. 24

Ringkasan

              Perpanjangan  insentif  perpajakan  melalui  penerbitan  Peraturan  Menteri  Keuangan  Nomor  9
              Tahun 2021 sedikit menjadi angin segar bagi pelaku usaha yang terdampak pandemi Covid-19.
              Namun, efektivitasnya masih diragukan. Sejumlah insentif yang diberikan kepada dunia usaha
              mencakup pajak penghasilan (PPh) Pasal 21 ditanggung pemerintah (DTP), PPh final tarif 0,5%
              untuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) DTP, dan PPh final jasa konstruksi DTP atas
              Program Percepatan Peningkatan Tata Guna Air Irigasi (P3-TGAI). Selain itu, pemerintah juga
              kembali  membebaskan  PPh  Pasal  22  impor,  pengurangan  50%  angsuran  PPh  Pasal  25,  dan
              restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) dipercepat.



              TUAH INSENTIF DILIPUTI KERAGUAN

              Perpanjangan  insentif  perpajakan  melalui  penerbitan  Peraturan  Menteri  Keuangan  Nomor  9
              Tahun 2021 sedikit menjadi angin segar bagi pelaku usaha yang terdampak pandemi Covid-l19.
              Namun, efektivitasnya masih diragukan.

              Sejumlah insentif yang diberikan kepada dunia usaha mencakup pajak penghasilan (PPh) Pasal
              21 ditanggung pemerintah (DTP), PPh final tarif 0,5% untuk usaha mikro, kecil, dan menengah
              (UMKM) DTP, dan PPh final jasa konstruksi DTP atas Program Percepatan Peningkatan Tata Guna
              Air Irigasi (P3-TGAI).

              Selain  itu,  pemerintah  juga  kembali  membebaskan  PPh  Pasal  22  impor,  pengurangan  50%
              angsuran PPh Pasal 25, dan restitusi pajak pertambahan nilai (PPN) dipercepat.

              Ketua  Umum  Asosiasi  UMKM  Indonesia  (Akumindo)  Ikhsan  Ingratubun  menyambut  positif
              berlanjutnya  insentif  bagi  UMKM.  Namun,  dia  menyayangkan  masa  pemberian  insentif  yang
              terbatas untuk masa pajak Januari sampai dengan Juni 2021.

              "Meski vaksinasi sudah dimulai, tetapi perekonomian masih penuh ketidakpastian. Dalam hal ini
              usaha  mikro  dan  kecil  di  berbagai  jenis  usaha  masih  menghadapi  risiko  yang  besar.
              Restrukturisasi kredit saja bisa berlanjut sampai tahun depan," kata Ikhsan saat dihubungi, Rabu
              (3/2).

              Ikhsan menilai insentif bagi usaha mikro dan kecil idealnya diperpanjang selama setahun dan
              mencakup semua jenis usaha selama berskala UMKM. Meski pemerintah menaruh target positif
              pada perekonomian untuk tahun ini, dia menyebutkan konsumsi yang mendorong aktivitas bisnis
              belum memberi sinyal pemulihan.

              "Kami belum tahu kapan kasus akan turun, selama itu pula bisnis menghadapi ketidakpastian.
              Kaiena itu, insentif setidaknya setahun," tuturnya.
              Dihubungi terpisah, Sekretaris Jenderal Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filamen Indonesia
              (APSyFI)  Redma  Gita  Wiraswasta  berpendapat  bahwa  insentif  yang  diberikan  cukup
              mengakomodasi kebutuhan pelaku industri, terutama pada percepatan restitusi PPN yang dia
              sebut bisa memberi ruang bagi arus kas perusahaan.

              "Percepatan restitusi PPN bisa memberi ruang cash flow, sehingga perusahaan bisa investasi.
              Selain itu, di tekstil bisa mendorong integrasi hulu ke hilir, misal dari serat ke industri kain,"
              katanya.
              Meski demikian, Redma juga memberi catatan tersendiri untuk pembebasan PPh Pasal 22 impor
              yang menyasar 730 klasifikasi lapangan usaha (KLU), termasuk di industri tekstil.



                                                           23
   19   20   21   22   23   24   25   26   27   28   29