Page 27 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 NOVEMBER 2020
P. 27

Undang  Ciptaker.  Termasuk,  organisasi  buruh  yang  masuk  forum  tripartit  pembahasan
              Rancangan Undang-Undang (RUU) Ciptaker.
              Contohnya?

              KSBSI (Konfederasi Serikat Buruh Seluruh Indonesia) menyatakan kecewa terhadap UU Ciptaker.
              Makanya, mereka tetap melakukan aksi.

              Soalnya,  ketika  mereka  memberikan  masukan,  itu  tidak  diakomodir.  Begitu  juga  tim  yang
              dibentuk DPR.
              Makanya, mereka tetap ikut aksi, itu satu. Pemerintah seakan-akan tidak melihat hal itu.

              Apa alasan lain menolak ajakan Pemerintah ini?

              Kedua, secara substansi, Undang-Undang Ciptaker melemahkan buruh. Maka, aturan turunannya
              tidak akan lebih baru dari undang-undangnya.

              Secara logika, peraturannya tidak akan mungkin lebih baik dari undang-undangnya. Makanya,
              kalau ada serikat buruh ikut proses pembuatan Peraturan Pemerintah tersebut, itu hanya serikat
              buruh yang tidak cerdas. Serikat buruh yang tidak pantas mengatasnamakan buruh.

              Kenapa begitu?

              Dalam logika hukum, tidak mungkin aturan turunan itu, lebih baik dari undang-undangnya.

              Contoh tentang apa?

              Misalnya upah minimum sektoral kota/kabupaten (UMSK) itu kan dengan syarat. Kalau dulu, itu
              wajib. Syaratnya itu nanti yang akan dirumuskan di dalam Peraturan Pemerintah.
              Itu  saja  sudah  menunjukkan,  peraturannya  tidak  akan  lebih  baik  dari  yang  sebelumnya.
              Sebelumnya,  UMSK  wajib  dijalankan  perusahaan.  Apalagi,  pada  umumnya,  UMSK  berbagai
              wilayah itu di atas UMP (Upah Minimum Provinsi).

              Mengenai batas Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT) atau tenaga kontrak, rencananya diatur
              melalui aturan turunan UU Ciptaker. Bukankah itu bisa jadi lebih baik?

              Kenapa dianggap akan menjadi lebih baik? Dalam Undang-Undang yang lama, kontrak kerja itu
              bisa dilakukan dua kali, dengan masa perpanjangan satu kali. Lalu, masa kontrak itu maksimal
              tiga tahun. Nah, pasal itu kan dihapus dalam UU Ciptaker.


              Artinya, kalau nanti dibuat aturan turunannya, batas waktu PKWT akan di atas itu. Kontrak bisa
              lima atau 10 tahun. Tidak mungkin akan tetap tiga tahun atau kurang dari itu.

              Kenapa begitu?

              Karena, kalau mau tetap begitu, tidak mungkin aturan yang lama dihapus.  NDA














                                                           26
   22   23   24   25   26   27   28   29   30   31   32