Page 77 - e-KLIPING KETENAGAKERJAAN 10 NOVEMBER 2020
P. 77

Ringkasan

              Perwakilan buruh meminta Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, merevisi keputusan mengenai
              Upah Minimum Provinsi (UMP) yang tidak dinaikkan. Mereka menilai alasan pandemi Covid-19
              tidak masuk akal dalam keputusan tersebut.

              Hal itu mengemuka dalam audiensi yang dihadiri perwakilan buruh dan Gubernur Jawa Barat,
              Ridwan Kamil di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (9/11).

              Ketua umum Pimpinan Pusat FSP TSK SPSI Jabar, Roy Jinto Ferianto, mengatakan ada beberapa
              hal yang dia sampaikan.



              AUDIENSI DENGAN RIDWAN KAMIL, BURUH SAMPAIKAN KEKECEWAAN SOAL
              UPAH TAK NAIK

              Perwakilan buruh meminta Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, merevisi keputusan mengenai
              Upah Minimum Provinsi (UMP) yang tidak dinaikkan. Mereka menilai alasan pandemi Covid-19
              tidak masuk akal dalam keputusan tersebut.

              Hal itu mengemuka dalam audiensi yang dihadiri perwakilan buruh dan Gubernur Jawa Barat,
              Ridwan Kamil di Gedung Sate, Jalan Diponegoro, Kota Bandung, Senin (9/11).
              Ketua umum Pimpinan Pusat FSP TSK SPSI Jabar, Roy Jinto Ferianto, mengatakan ada beberapa
              hal yang dia sampaikan.

              "UMP  yang  kita  minta  tetap  naik  walau  diterbitkan  tidak  naik  kita  minta  direvisi,  kemudian
              terakhir dalah mengenai UMSK (Upah Minimum Sektoran Kabupaten/Kota;UMK)," ucap dia.

              "UMK itu dalam ketentuan ditetapkan paling lambat tanggal 21 November. Dan ini waktunya
              sebentar lagi. Kita minta Pak Gubernur untuk menaikkan jangan sampai seperti UMP tidak naik,"
              kata dia.

              Ia menjelaskan bahwa dalam PP 78 pasal 43 dan 44 di bab penjelasan bahwa untuk menghitung
              pertumbuhan ekonomi itu tidak di akhir. Perhitungan year to year (yoy), menurut dia, adalah
              triwulan ketiga dan keempat tahun 2019 kemudian triwulan pertama dan kedua di tahun 2020.

              "Kalau  diambil  terakhir  triwulan  ketiga  memang  minus,  tapi  kan  ada  pertumbuhan  di  tahun
              sebelumnya dan amanat PP 78 begitu menghitungnya, saya mau berdebat tapi belum waktunya.
              Itu di bab penjelasan kalau menghitung, tiga triwulan ini, ketiga-keempat 2019 dan kesatu di
              2020 itu plus semua, yang minus hanya di kuartal kedua ini. Maka kalau diambil rata-rata dengan
              inflasi dan pertumbuhan ekonomi di angka 8," jelas dia.

              "Jangan dilihat hari ini pandemi, di akhir minus 5. Kalau lihat minus di kuartal ketiga kita tidak
              menghitung ke belakang yang plusnya, ini ada pertumbuhan ekonomi. Pak Gubernur jangan
              melihat SE dari Menaker yang enggak boleh naik dan tak mempertimbangkan hukum, tata cara
              penetapan upah minimum. Karena sudah jelas dalam UU 13 tahun 2003 dan PP 78 sudah jelas
              aturannya. Jangan gara-gara ada pandemi diabaikan aturan," terang dia.

              Sabila Rosyad dari DPW SPMI Jabar pun mengamini pernyataan Roy Jinto. Ia bahkan meminta
              kepala daerah di tingkat kabupaten kota dan dewan pengupahan agar tidak takut menaikkan
              UMK.

              "Dewan pengupahannya tidak usah khawatir merekomendasikan kenaikan, karena kami juga
              kecewa  kepada  Gubernur  yang  mengirimkan  surat  kepada  bupati  walikota  sejabar  agar


                                                           76
   72   73   74   75   76   77   78   79   80   81   82